Sunday, February 7, 2010

Jangan Remehkan Gosip!

Jangan remehkan gosip. Karena gosip, seorang lelaki terbunuh, seorang perempuan stres berat, dan seorang anak manusia hancur masa depannya. Itu yang kutangkap dari film Leo, dengan bintang utama Joseph Fiennes dan Elisabeth Shue.

Ini sebuah film psikologis, yang akan membuat pehobi film action mengantuk. Bukan yang pertama saya menemukan film dalam bentuk VCD original obralan ternyata berkualitas bagus, bermakna, jauh lebih bermakna dari film yang heboh di layar lebar Indonesia. Ya, VCD original berjudul Leo ini saya temukan di rak obralan sebuah pasar swalayan. Gocengan alias Rp. 5000 saja. Film lain yang juga saya nikmati dengan harga setara namun bermakna adalah Hamlet 2, Sixty Sx, Forgetting Sarah Marshal, dan Roomate.

Oke, kembali ke soal gosip. Hanya karena mendengar gosip suaminya yang seorang profesor selingkuh dengan mahasiswa, seorang perempuan menjadi stres berat. Dia membalas perbuatan suami, berselingkuh dengan tukang catnya. Ternyata suami tak terbukti selingkuh. Ia hamil.

Hmm kayak cerita sinetron? Tidak, sebab sutradara Mehdi Norowzian mampu menghadirkannya dengan apik. Plot cerita dimana Leo belum lahir ini disajikan bersamaan dengan plot ketika Leo sudah dewasa dan baru keluar dari penjara. Penonton awalnya tidak langsung paham bahwa ini adalah setting waktu yang berbeda. Dirilis tahun 2002, film ini memiliki aspek artistik memikat. Saya suka pengambilan gambarnya, musiknya, narasinya. Pemeranan karakternya juga luar biasa.

Lanjut ke soal hamil tadi. Istri yang dicekam dosa berselingkuh itu hidup bahagia. Sayang kebahagiaan berakhir ketika suami dan anak sulungnya meninggal dalam kecelakaan. Begitu mendengar kabar itu, langsung ia terbayang perzinahaannya dengan si tukang cat, lalu pingsan. Bayinya lahir dalam kondisi tak normal, paru-parunya tidak sempurna. Anak itu diberinama Leopold, dipanggil Leo.

Nah, sampai di sini penonton baru sadar bahwa plot lelaki dewasa yang keluar dari penjara lalu bekerja sebagai pelayan bar adalah anak yang dikandung perempuan ini.

Leo dewasa hidup dalam tekanan sebagai mantan napi. Dia pendiam, suka menulis, yang sudah dilakukan sejak dalam penjara. Ia berfantasi menulis surat pada anak kecil yang sesungguhnya adalah sosoknya sendiri di masa lalu.

Selama hidup dengan ibunya yang janda, Leo diperlakukan kasar. Ia dianggap sebagai anak hasil perzinahan dengan si tukang cat. Ibunya tak pernah menyayanginya, bahkan melarang dia kuliah walaupun Leo anak yang pandai. Sang ibu menjadi pemabuk, dan masih terus diganggu oleh tukang cat yang makin memperlakukannya dengan kasar. Di situasi itulah Leo tumbuh besar, di tengah kekerasan fisik dan psikologis yang dialami ibu oleh kekasih pemabuknya.

Puncaknya, menginjak usia 18 tahun, Leo kehilangan kontrol. Tepat di ulang tahunnya, si ibu mengkronfontir kekasih tukang catnya bahwa Leo adalah hasil perbuatan zinah mereka. Tukang cat tidak terima, menganiaya ibu Leo, bahkan mengancamnya dengan pisau. Saat itulah Leo datang, menghajar kepala tukang cat dengan penggorengan sampai berdarah, dan mati.

Jadi begitulah kisahnya Leo si pendiam yang semestinya bisa jadi penulis sukses, masuk penjara.

Anak siapakah dia sebenarnya? Anak suami resmi ibunya yang profesor, atau si tukang cat? Dari investigasi di pengadilan, diketahui si tukang cat mandul.

Hmmm, jadi semua penderitaan Leo hanyalah hasil dari rasa bersalah ibunya yang berselingkuh dan mengira Leo adalah hasil perzinahannya. Kenapa ia selingkuh? Karena gosip tetangga!

So, watch out, teman-teman. Gosip atau berita yang belum tentu benar dan beredar dari mulut ke mulut, mampu meluluhlantakkan hidup banyak orang. Hati-hatilah dengan gosip.

1 comment:

Anonymous said...

alur critanya keren..
thx resensinya :D