Saturday, November 13, 2010

Interogasi, Privasi?

Bingung sama orang yang semestinya hanya berhubungan secara bisnis sama kita, eh tapi dia banyak nanya hal-hal personal. Apakah memang tipikal orang Indonesia? Kayaknya tidak.

Karena saya sejak dulu bekerja dan bekerja, sejak belum lulus kuliah, jadi selalu bersua dengan sesama pekerja. Ketika saya dihadapkan pada pekerja yang notabene adalah ibu rumah tangga, agak wagu. Eh susah mendefinisikan apa itu wagu. Kaku barangkali?

Tadi siang saya berurusan dengan orang macam itu. Semestinya hubungan kami profesional, dilandasi saya perlu layanan jasa dia.

Sebegitunya?

Masa lalu itu ngga bisa dihapus. Akan terus membayangi seumur hidup, kecuali kita amnesia atau jadi gila. Film ini mengingatkan saya betapa saya malas mengenang masa SD dan SMP. Maaf, teman-teman dan guru SD dan SMP, bukan saya tak tahu diri. Tapi masa itu sungguh bukan masa yang layak dikenang bagi saya.

Dan ada beberapa masa lagi yang tak ingin saya kenang. Kenapa? Uh so personal. Pokoknya itu bukan masa indah dalam hidup saya, walau tetap ada juga celah keindahannya

Bisa sebegitunya hidup gue? Haha.

Isn't So Simple

43 days mean 1 and half month minus 2 days
A day that I've been waiting, but I worry about
Should I tell you about this?
I don't share any personal life more since...arrghh


Yes, my life isn't so simple anymore
I will have a big family, again
Should I tell you about this?
I don't think so


Gambar: http://www.braintraining101.com/wp-content/uploads/2009/04/calendar.jpg

Thursday, November 11, 2010

My Tweets, #BlogBijak

Habis baca blog seorang sastrawan dan jurnalis senior. Apakah di usia dia kelak, blog saya bisa nampak sebijak, seteduh itu?

Nama Besar, Omong Kosong

Nama besar bukan jaminan seseorang berhati besar. Korporat terkenal bukan berarti dia bisa bekerja profesional.


She offered me a project. After that, gone with the wind


Itu tweet saya beberapa hari lalu, mengungkap kekesalan pada seorang communication head sebuah bank swasta ternama.Setidaknya itulah yang tertera di bio Twitternya.
Sekitar bulan Agustus lalu dia mem-follow saya di Twitter, minta di follow back, katanya mau kirim DM (Direct Message). Saya ikuti. Di DM itu dia menawarkan saya terlibat dalam proyek perusahaannya yang akan segera rilis, sebuah program award. Tentu saya tertarik.

My Tweet: Welcome

Guru: "Apa artinya WELCOME?| Murid:"Keset kaki."| Guru:"Lho?"| Murid:"Iya, banyak keset kaki tulisannya WELCOME kan?"

My Tweets

Q: 'What's your hobby?'| A: 'Reading books.'| Q: 'What kind of book?| A; 'Facebook.'

Q: Are you a writer?| A: Yes I am| Q: What do you write?| A: Twitter & Facebook status.



Wednesday, November 10, 2010

Kasta Juga Ada di Dunia Maya

Twitter itu tidak egaliter. Padahal dunia maya banyak disuka akibat sifatnya yang egaliter alias membuat semua orang menjadi setara. Sebaliknya, Facebook sangat egaliter. Itu sebabnya member Facebook jauh lebih membanjir ketimbang Twitter.

Fakta di atas sudah saya rasakan saat pertama join Twitter, dan merasa kurang nyaman di dalamnya. Itu membuat saya tidak rajin ngetwit, setelah join saya kembali ke Facebook. Akun twitter saya diamkan saja sampai beberapa bulan. Lebih tenggelam dalam Facebook.

Egaliter seperti apa?