Sunday, February 7, 2010

Lagi, Tentang Passion

“Bekerjalah sesuai passion-mu,” kata kebanyakan orang.

Menurut kamus Merriam Webster, passion adalah emosi kuat yang terkontrol; antusiasme.
Saya mengartikannya sebagai keinginan yang sesuai dengan kata hati.

Masalahnya adalah, suatu hal yang kita sukai, jika sudah menjadi sebuah pekerjaan, maka kita tidak akan terlalu menyukainya lagi.

Contoh paling mudah adalah yang saya alami. Dulu, sebelum menulis menjadi sebuah pekerjaan tetap, saya melakukannya dengan semangat tak terhingga. Pernah berminggu-minggu mengurung diri dalam kamar demi menuntaskan sebuah cerita serial yang akhirnya tak pernah dipublikasikan. Lalu membuat dummy majalah dengan segenap jiwa raga, tanpa saya perlihatkan ke siapapun. Tanpa ada sepeserpun uang dari situ, namun saya melakukannya dengan penuh kesungguhan seolah menyangkut hidup atau mati.

Lalu muncullah semua peluang itu, bahwa saya bisa hidup dari menulis. Menjadi jurnalis, menulis berita atau artikel feature dan mendapatkan nafkah dari situ. Masih kurang, saya juga menulis buku, mengedit, memoles naskah orang, ngeblog, membuat web, dan seterusnya. Sampai hari ini. Apakah semua itu saya lakukan sesuai passion? Mungkin ya, sebagian.

Selama menjadi jurnalis enam tahun lebih, tidak semua berita dan artikel yang saya tulis adalah yang saya sukai. Sama seperti seorang koki, tak selalu masakan racikannya adalah favoritnya. Ada saat dimana kita menulis bertentangan dengan suara hati, harus menyesuaikan diri dengan keinginan atasan. Selama bertahun-tahun saya mencoba bertahan, sebab masih memerlukan income bulanan. Sebagai kuli tinta, jurnalis tak selamanya bisa menulis sesuka hati. Harus ada kompromi di sana-sini. Dan akhirnya saya pun tak tahan lagi. Kartu pers saya gantungkan sejak dua tahun lalu.

Menulis tetap menjadi nafkah utama walau bukan jurnalis lagi. Saya dipercaya menjadi editor sebuah website anyar. Di luar itu saya masih menjalankan web saya sendiri yang lebih bersifat non profit, juga lanjut menulis buku, mengedit naskah orang. Kelamaan ada satu kekuatan mendesak-desak dalam diri saya untuk berhenti mengikuti passion orang lain, terlebih passion itu tak seirama dengan passion saya. Yang saya maksud di sini adalah saya tidak memiliki kesamaan passion dengan pemilik website baru dimana saya menjadi editornya. Passion saya justru lekat pada web saya sendiri yang belum menghasilkan finansial terlalu banyak. Ah, ini salah satu bukti bahwa memang uang bukan segalanya.

Setahun, dua tahun, berlalu sudah. Masihkah saya akan terus mengikuti passion orang lain dan sedikit menelantarkan passion saya? Tidak. Rasanya cukup. Di penghujung tahun ini saya harus mengambil keputusan penting.

Sampai kapan kita harus terus menerus mengikuti passion orang lain? Sampai rambut beruban dan tubuh bungkuk? Atau sampai penyakit tua menggerogoti kita?

Hidup manusia itu singkat, kawan. Dulu manusia punya harapan hidup sampai 100 tahun, kelamaan menyusut jadi 80 tahun. Dan di zaman serba canggih namun polusi kian marak dan lingkungan makin cemar serta penyakit tambah banyak ini, bisa hidup hingga usia 60 tahun dalam kondisi sehat walafiat saja sudah sebuah berkah tiada tara. Usia saya kini udah 30-an. Artinya sudah setengah dari usia harapan hidup manusia rata-rata. Jika di usia ini kita masih terus mengikuti passion orang lain, bisa jadi selamanya seperti kerbau dicocok hidung. Lantas, kapan saya bisa mengikuti passion saya sendiri 100%?

Jadi keputusannya sudah bulat, saya akan mengikuti passion sendiri secara total.

Ada keasyikan tersendiri bermain dengan kata, kalimat, bagaimana memadukannya dengan ide, opini, pengalaman, informasi. Ada tantangan khusus bagaimana menyulap naskah ala kadarnya menjadi menarik, layak dibaca, bahkan layak diterbitkan sebagai buku. Atau bagaimana sebuah tulisan teknis super ilmiah yang bikin jidat berkerut saya ubah menjadi sangat nyaman dicerna siapa saja.

Menulis juga sebuah aktivitas yang sangat menantang. Bayangkan, dari sebuah halaman kosong putih melompong, bisa menjadi sebentuk buku dengan susunan kata terstruktur, ilustrasi yang pas, sampul menarik, berisi informasi atau kisah tersendiri yang dapat kita bawa kemana-mana. Sangat menantang, bukan? Sejumlah buku yang kamu baca atau lihat di rak-rak toko tak lain dan tak bukan berawal dari lamunan belaka, yang kemudian dimatangkan, dicurahkan dalam kata dan kalimat, lalu disusun, di-setting, dicetak, dijilid, kemudian dijual., dan berakhir di pangkuan pembacanya. Sebuah proses yang tak pernah bosan saya amati.

Passion itu selama ini hanya menjadi sampingan saja, side job istilahnya. Kini saya beranikan diri untuk menceburkan diri sepenuhnya.

Merry & Associates, adalah nama yang pernah dicetuskan almarhum sahabat saya, Lendy Widayana. Silakan googling saja jika ingin tahu siapa dia. Di suatu sore di sebuah kedai kopi beberapa tahun lampau, almarhum menyemangati saya untuk memakan nama itu jika kelak saya membuka sebuah bisnis. Dulu, saya tak yakin berani memakainya, sebab siapa sih saya ini? Apa iya nama saya cukup menjual? Hari ini, setelah menerbitkan sejumlah buku, membantu sejumlah penulisan buku orang lain, mengelola web milik sendiri, dengan yakin saya menjawab, “Ya, saya yakin.”

“Lu itu kelewat pede,” celetuk seorang teman pada saya beberapa tahun lampau. Mungkin betul juga, modal saya adalah pede, percaya diri. Siapa saja yang sudah punya kemampuan, namun tidak pede, maka sia-sialah kemampuan itu.

Karena saya fokus pada bisnis bidang penulisan, editorial dan mediasi ke penerbitan buku, maka saya menambahkan embel-embel Writing Consultant di belakang nama tadi. Ya, Merry & Associates Writing Consultant. Melayani segala hal yang berhubungan dengan tulis menulis. Mulai dari penulisan buku, penyuntingan naskah, mediasi ke penerbit. Printian lain, kami juga menerima pembuatan script komik, iklan, company profile, pers rilis, dan sebagainya. Merry & Associates juga memiliki jejaring lumayan luas di kalangan penulis, komunitas media, ilmuwan, dan banyak lagi. Mengadakan pelatihan menulis atau jurnalistik, seminar, workshop, adalah bagian dari bisnis kami juga.

Anda tertarik untuk bekerjasama dengan kami di bidang tulis menulis?
Hubungi saja:
Merry & Associates Writing Consultant
http://merry.netsains.com
merry_magdalena@yahoo.com

No comments: