Sunday, April 28, 2013

Short Course Women Self Defense, Siapa Mau?


Streching di awal latihan
Naomi, Tunggal, Shita, Maya, Muthia (instruktur), Merry, Melly, Sri, Libby

Makin maraknya kasus perkosaan, pelecehan seksual, dan kriminal lain belakangan membuat kaum wanita semakin terancam. Saat diserang atau diancam, wanita cenderung panik dan takut, sehingga sulit berpikir panjang untuk bertindak cepat dan tepat. Women Self Defense (WSD), sebuah strategi beladiri yang dirancang khusus wanita bisa menjadi salah satu solusi.


WSD merupakan intisari dari berbagai cabang bela diri yang khsus dirancang untuk wanita. Mudah dipelajari, singkat, tak memerlukan waktu terlalu panjang untuk menguasainya. Terbetik ide untuk membuka kelas

Sunday, March 10, 2013

How I Fall in Love with Samin Surosentiko

-->


Judul di atas bukan sok nginggris. Tapi karena judul dalam bahasa Inggris bisa lebih ringkas ketimbang bahasa Indonesia: “Bagaimana Saya Jatuh CInta pada Samin Surosentiko”. Lagipula, biar bule-bule tertarik dan baca, eh tahunya kecele, sebab isinya bahasa Indonesia. Setidaknya sudah membuat lebih banyak orang penasaran dengan nama Samin Surosentiko.



Saya tidak akan membahas siapa Samin Surosentiko, sebab sudah cukup banyak literasi tentang orang yang bernama asli Raden Kohar Surowijaya ini. Googling saja keyword “saminisme” dan “Samin Surosentiko”, maka muncul banyak link penjelasan mengenai orang yang dikabarkan sakti ini.  Lengkap dengan ajarannya. Bahkan sejumlah ilmuwan asal Australia, Belanda, Jerman, Jepang, menulis analisa khusus tentang seorang Samin Surosentiko. 



Perkenalan saya dengan masyarakat Samin adalah dari mulut ke mulut. Rata-rata cerita lucu menggelitik. Misalnya jika ke daerah Blora, harus hati-hati saat mengendara mobil. Sebab akan banyak dijumpai orang Samin yang seenaknya saja menyeberang jalan. Kenapa? Sebab mereka berprinsip, itu jalan dibangun di atas tanah leluhurnya, maka mereka bebas saja memakai. Justru para pendatang yang membawa kendaraan lah yang harus tahu diri, jangan sampai menabrak mereka.


Kisah lain yang cukup menggelitik adalah, kalau orang Samin naik kendaraan umum, mereka tidak mau membayar.   

Berikut petikan dialognya:

Monday, July 9, 2012

Aktivis, Profesi yang Tak Pernah Saya Cita-citakan


Bersama teman-teman blogger se-Nusantara saat FGD2012 ICT Watch
Menjadi aktivis, tak pernah terbersit di benak saya sama sekali. Selama menjadi jurnalis sains, teknologi, dan lingkungan dulu, saya beberapa kali berurusan dengan yang namanya aktivis, entah itu dari Greenpeace, WWF, Walhi, dan banyak lagi. Di mata saya dulu, mereka identik dengan suara lantang,  gemar memprotes ini itu, senang diliput media. Tidak terlalu simpati rasanya, dan tak pernah bercita-cita ingin menjadi aktivis. Sampai akhirnya saya ada di titik jenuh bekerja di industri media. Bahkan sudah mencapai posisi puncak di ranah jurnalistik, yakni sebagai pemimpin redaksi. Ya, amat sangat jenuh.

Saya memutuskan bergabung dengan ICT Watch, yang terkenal dengan program Internet Sehat. Bukan karena ini organisasi non pemerintah yang top atau banyak duitnya, sama sekali bukan. ICT Watch tidak terlalu top, kalah gaung dibanding ICW, WWF, Walhi, yang sudah lama berkibar. Tapi ICT Watch dapat dikatakan sebagai satu-satunya organisasi non pemerintah yang konsisten di bidang pemberdayaan teknologi informasi. 

Saturday, March 17, 2012

Merpati Kembali Terbang Bebas (dan Tinggi)


Pemimpin redaksi alias Chief Editor alias Editor in Chief, katanya merupakan jabatan puncak dalam karier jurnalistik.  Awalnya dulu ketika ditawari posisi itu, saya berharap akan punya lebih banyak waktu untuk menulis, terutama menulis buku fiksi, sebuah obsesi yang belum kesampaian, sebab semua buku saya selalu non fiksi.
Kebebasan menuangkan ide, konsep, gaya bahasa, memang diberi ruang cukup luas pada mulanya.   

Tapi seiring waktu berlalu, baru saya sadari bahwa memimpin tim redaksi lebih dari perkara memberi ide, menuangkan konsep, bermain dengan gaya bahasa, melainkan juga mengatur sumber daya manusia.  Hal ini sudah saya sebut di postingan terdahulu.

Thursday, January 12, 2012

Berselancar Sepuasnya

Menerbitkan majalah itu jauh lebih sulit dari sekedar menulis buku.  Itu pelajaran yang saya dapat sejak memimpin redaksi Top Career Magazine, sebuah majalah bisnis berbasis isu-isu Human Resources (HR).  Saat SMP, bisa saja saya dengan enteng bermimpi membuat majalah sendiri.  Dan ketika sudah terjun ke industri ini saat usia dewasa, wow, tak seindah mimpinya.

Ada rasa puas, penasaran, antusias, optimis, ketika sukses melalui deadline.  Tapi sekaligus juga kecewa, down, kala hasilnya tak sesuai yang diharapkan.  Lalu berusaha bangkit memperbaiki di edisi berikutnya, dengan pola bongkar pasang, mencari-cari formula yang pas.  Semua dilakukan tiada henti bersama tim, bukan sendirian.

Saturday, July 16, 2011

Bye bye, Mr.Snob!

“Kita ngga harus menjadi orang lain kan, Din?!”

Pertanyan sekaligus pernyataan itu kutegaskan ke Dini setelah mengalami sedikit peristiwa ngga asik, sekitar 2 minggu lalu. Jawabannya jelas: Sama sekali nggak.

Sebagai pemimpin redaksi sebuah majalah yang masih berupa janin, saya dan Dini -sekretaris- harus melakukan survei dengan sejumlah perusahaan printing dan distribusi. Setelah serangkaian perusahaan besar kami survey, tiba saatnya menjajal perusahaan yang katakanlah ngga terlalu besar

Friday, June 17, 2011

Gadis Belia dan Mimpinya

Memori samar, saat duduk di kelas 2 SMA saya pernah bermimpi membuat media massa sendiri. Saat itu saya hanya bisa mewujudkannya dengan membuat DeathLine, koran tentang seluk beluk musik heavymetal. Bahannya dari terjemahan majalah Metal Edge dan Hit Parader terbitan luar, dan oret-oretan kartun saya yang ngaco. Ternyata banyak disuka, walau bentuknya cuma kertas HVS fotokopian, saya jual 500 perak sebagai ganti ongkos fotokopi.

Kelas 3 SMA, saya bermimpi menerbitkan majalah tentang seni dan budaya, namanya Apresiasi. Ngga kesampean, dan berakhir hanya dalam bentuk karton digunting menyerupai bentuk majalah. Tapi saya bikin rubrikasi, logo, dan covernya sendiri. Ah, cuma angan-angan remaja belia.

Wednesday, May 25, 2011

Sekilas Update..(Akibat Males Ngeblog)

Sudah lama tidak ngeblog di sini. Lebih bawel berminiblog di Twitter.
Baiklah, banyak kejadian baru di hidup saya, juga hidup sekian miliar orang. Antara lain:

  • Saya sudah menikah (lagi). Tuntas sudah perjalanan saya sebagai single parent. Kini saya istri dari Arli Aditya Parikest, sejak 26 Desember 2010 lalu.
  • Saya sudah ke Eropa (lagi), setelah terakhir ke sana sekitar 5 tahun lalu. Kali ini saya ke Jerman selama 20 hari, menengok suami saya yang sedang menyelesaikan PhD di Leipzig.
  • Saya pindah ke apartemen, sebab rumah di Jl Karet, Mergonda Depok, butuh sedikit renovasi lalu akan saya jual. Berminat?
  • Saya mengerjakan beberapa proyek dan calon proyek yang sepertinya menyenangkan, antara lain buku tentang korupsi dan kumpulan humor Srimulat, serta ajakan memimpin sebuah majalah baru. Yang terakhir ini masih rahasia.
  • Saya sudah menerbitkan buku (lagi) walaupun merupakan kolaborasi dengan teman-teman sesama praktisi social media di Indonesia, judulnya Linimas(s)a, bisa diunduh gratis di http://kalamkata.org/2011/02/20/pedoman-berekspresi-online/?did=24

Thursday, December 9, 2010

Ilmuwan VS Pedagang Ikan

Film "Everybody Wants to be Italian" ini sebenarnya bergenre romantis.  Tentang Jake yang sulit melupakan mantannya, Marisa. Dua karyawannya yaitu Steve dan Gianluca menyomblanginya dengan Isabella. Terjadi salah paham, dua karyawan Jake mengira Isabella adalah cewek Italia, maka mereka menyuruh Jake untuk mengaku sebagai orang Italia.

Yang menarik buat saya bukan bagian cinta-cintaan itu, melainkan beberapa dialog dan adegan mengenai profesi Jake sebagai pedagang ikan dan Isabella yang dokter hewan sekaligus ilmuwan.  Saat Isabella mengajak Jake ke acara penganugerahan penghargaan ilmuwan, terjadi hal menarik. Semua teman-teman Isabella adalah ilmuwan dengan gelar membanggakan, prestasi luar biasa.

Saturday, November 20, 2010

My Tweets: #SolusiTKI

Kalo saya anggota DPR, pengen studi banding ke Filipina. Cari tau gimana mereka sukses ngelola tenaga kerja ke LN. #SolusiTKI


TKI diberi skill sesuai kebutuhan negara tujuan. Bahasa, komputer dasar, masak,jahit, operasikan mesin2,dsb. #SolusiTKI


Hanya yg lulus training skill yg bisa dikirim ke LN. Tanpa calo. Tanpa sogokan (ini yg susah, biasa mental disogok). #SolusiTKI


Selain skill,beri TKI bekal bela diri, mencegah tindakan aniaya oleh majikan. #SolusiTKI