Sunday, February 7, 2010

Novel yang Aneh, Chapter "Sistem Pencaplokan Hak Milik"

Masih ingat petualangan Johnkecops Kleinsteuber dan Kunderemp Narkaulepsy dalam Novel yang Aneh? Kalau lupa tidak apa, sebab memang sudah terlalu lama saya tidak memberi teasernya. Berikut adalah petikan salah satu chapter-nya, sebuah pesan yang ditulis Bluepisceslady untuk John dan Kund sebelum dikirim ke tahun 2000, dimana tren kartu kredit mulai mewabah di kalangan generasi muda Republik Endonez.

Sistem pencaplokan kepemilikan manusia oleh manusia lain sudah berjalan di tataran negara atas negara. Negara yang peradabannya tertinggal atau pernah maju namun mendadak mogok dan akhirnya tergilas negara lain seperti Endoneez, seluruh kekayaannya akan dicaplok oleh negara lain. Secara kronologis, pencaplokan itu terjadi pada:

*Sumber daya alam
Sudah terjadi sejak bangsa maju menjajah bangsa tertinggal. Rempah-rempah, semua tanaman, buah, bunga, fauna, dikeruk, dipelajari, dibudidayakan di negara pendatang, sementara negara terjajah mangguk-mangguk.

*Sumber daya manusia
Tenaga bangsa terjajah diborong dengan gratis, dibawa ke negara penjajah, dijadikan budak-budak, dimanfaatkan peluh keringatnya untuk kerja kasar di sana.

*Sumber energi dan mineral
Eh, negara maju sadar bahwa negara terjajah kaya energi, mineral, emas, berlian, yang tak sanggup diolah oleh warganya. Didirikanlah tambang-tambang, dimana bangsa terjajah menjadi kulinya, bangsa penjajah menjadi bosnya.

*Sumber daya intelektual
Di antara pribumi bangsa terjajah ada juga yang pintar, lho. Bangsa penjajah tahu betul, lantas diboyonglah mereka ke negaranya, diberi pendidikan dan gelar hebat. Tapi dengan catatan, mereka harus mengerjakan proyek-proyek untuk bangsa maju.

*Sumber daya materi
Bangsa maju tahu betul mental bangsa terjajah itu norak. Dijuallah gadget-gadget hebat, produk mentereng, agar mereka rela berbuat apa saja demi memilikinya. Bangsa maju senang produknya laku, uang mengalir deras. Sementara bangsa terjajah senang-senang saja uangnya habis demi bisa memakai produk si bangsa maju.

*Sumber daya kreativitas
Bangsa yang kere itu kadang cukup kreatif juga, hanya sayang terlalu bodoh untuk bisa mengembangkan kreativitasnya. Maka bangsa maju memodali mereka, membayari semuanya, tapi dengan catatan kreativitas itu harus menguntungkan bangsa maju a.k.a sang investor. Kreativitas pun disetir habis-habisan menuruti sang bos pemilik uang.

*Sumber daya budaya dan seni
Bangsa yang miskin secara ekonomi itu ternyata kaya akan seni budaya yang tak dimiliki bangsa maju. Maka dicaplok juga lah seni dan budaya itu, diberi label paten oleh sang bangsa maju. Bangsa terjajah tak sanggup berbuat apa-apa karena hutangnya pada bangsa maju beserta agen-agennya sudah segudang.

*Sumber daya hak milik
Akhirnya karena bangsa kere tadi sudah sangat kecanduan semua produk luar negeri, maka diciptakanlah sistem kredit dengan uang plastik bernama kartu kredit. Semua produk keren dari bangsa maju bisa didapat secara kredit. Setiap gesekkan kartu, tanpa disadari oleh pemiliknya, adalah semacam “penggadaian” hak kepemilikannya terhadap semua materi yang ia punya.

Nah, poin terakhir ini adalah yang paling berbahaya dan sudah menjadi kenyataan di masa depan bahwa kartu kredit membuat manusia kehilangan semua hak miliknya, termasuk baju yang menempel di dirinya. Dan mereka tidak sadari itu.

Hutang telah dikemas sedemikian rupa menjadi sesuatu yang glamour, mewah, indah, nyaman, hebat, keren, elit. Penghutang akan dininabobokan oleh segudang promosi menawan hati. Setelah jumlah mereka kian bertambah banyak, atau bahkan seluruh warga dunia bangsa terjajah terjerat hutang, maka sistem itu kian mencengkeram mereka. Ada satu klausul yang tak mereka sadari, bahwa jika mereka tidak mampu membayar tagihan dalam tempo tertentu, maka seluruh hak miliknya akan diambil alih bank. Ah, bank hanya salah satu perpanjangan tangan dari sistem tersebut. Dan sistem ini berjalan tidak hanya di tataran individu, melainkan juga tataran negara. Negara-negara terjajah tadi, mau tak mau akan mengikuti sistem yang ada, sebab mereka tak sanggup menciptakan sistem sendiri akibat ketidakberdayaan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan banyak lagi. Negara terjajah akan terus terlilit hutang, demikian pula warganya yang tiada henti menggesek uang plastiknya secara bangga.

Dalam tempo kurang dari satu abad, semua negara miskin sudah dimiliki negara kaya sepenuhnya. Di bawah satu pemerintahan adi daya. Tak ada lagi Republik Endonez, sebab dia hanya menjadi salah satu koloni negara kaya. Semua warganya telah ditanami chip pada otaknya, dikendalikan serupa robot. Apakah kalian mau itu terjadi? Tugas kalianlah menyadarkan agar warga Endonez tidak terbius oleh tipu daya uang plastik bernama kartu kredit itu!


“Ah tapi apa gunanya mencegah sistem itu berjalan di tataran individu jika di tataran negara sudah berjalan sistem yang lebih kuat?” Johnkecops bertanya.

Nah, jawabannya hanya ada di versi final Novel yang Aneh. Sebuah novel semi grafis dimana nama-nama tokohnya sungguhan ada di sekitar kita, sehingga kita merasa mereka sangat nyata. Sebuah cara indah menertawakan kegilaan bangsa kita. Doakan saja agar cepat selesai, sebab imajinasi dan waktu luang saya tak pernah bisa diajak kompromi belakangan ini.

No comments: