Sunday, February 7, 2010

Dimana Farida?

Nama anak itu Farida saja, tanpa nama embel-embel apa-apa. Dia berambut poni ala Purdey di serial Mission Imposible jadul zaman aku masih ingusan dan bercelana kodok. Kulitnya putih, matanya belo. "Rambutnya kayak rambut jagung, merah. Kayak anak ngga keurus," komentar almarhum nenek tentang temanku yang sering bertandang ke rumah itu.

Waktu itu aku SD kelas 1 atau 2, senang saja kalau ada teman main ke rumah. Tapi Farida hampir setiap hari. Poni dan matanya akan muncul dari balik pagar rumahku yang tak terlalu tinggi. Dari dua bagian tubuh itu saja aku sudah bisa mengenali bahwa dia adalah Farida. Rambutnya rambut jagung, matanya belo. Mungkin dari jarak 1 kilometer pun aku akan bisa mengenali.

Nenekku kesal Farida keseringan main ke rumah. Baru juga aku pulang sekolah, dia sudah muncul. "Huh, kayak anak ngga punya rumah aja," gerutu nenek. Maksud nenek, mestinya pulang sekolah kami istirahat dulu, makan siang, tidur sebentar, baru sore boleh bermain. Tapi Farida seolah tak punya siapapun untuk mengingatkannya akan jadwal harian. Rutinitasnya adalah main ke rumahku. Titik.

Pernah aku main ke rumah Farida. Oh, rumah itu mengerikan. Bukan karena jelek atau apa, sebab aku juga bukan anak orang kaya. Hanya rumah itu sungguh tak menghadirkan rasa nyaman buat dihuni. Lebih mirip gudang. Farida mengajakku ke dapur untuk diberi minum. Di sana aku bersua kakak perempuannya yang nyaris tak berbaju. Asyik membuat susu kental manis coklat Bendera untuk dirinya sendiri. Farida diusir dari dapur. Tidak diberi susu itu. Padahal aku tahu betul, dari raut wajahnya dia sangat menginginkannya.

Sekali dua kali aku ke rumah Farida karena diajak. Selebihnya aku takut. Dan akhirnya kembali ke pola lama, Farida yang main ke rumahku. Berjam-jam. Siang sampai petang. Nyaris setiap hari. Kadang kuajak dia makan, lebih sering ia menolak. Padahal jamnya makan siang. Pantas tubuhnya kerempeng banget.

Sampai suatu ketika, Farida tak pernah datang lagi. Aku beranikan diri datang ke rumahnya yang mencekam itu. Bersua kakaknya yang berwajah galak. "Farida pindah ke Palembang." Hanya itu informasinya.

Hari ini mendadak aku kangen sama Farida. Anak perempuan bermata belo, rambut poni kemerahan, yang tak punya siapapun untuk mengingatkan jadwal hariannya.

Kemana Farida? Dimana Farida?

Buat kawan masa kecilku, Farida, dimanapun engkau berada.

No comments: