Showing posts with label Cyberlife. Show all posts
Showing posts with label Cyberlife. Show all posts

Sunday, March 10, 2013

How I Fall in Love with Samin Surosentiko

-->


Judul di atas bukan sok nginggris. Tapi karena judul dalam bahasa Inggris bisa lebih ringkas ketimbang bahasa Indonesia: “Bagaimana Saya Jatuh CInta pada Samin Surosentiko”. Lagipula, biar bule-bule tertarik dan baca, eh tahunya kecele, sebab isinya bahasa Indonesia. Setidaknya sudah membuat lebih banyak orang penasaran dengan nama Samin Surosentiko.



Saya tidak akan membahas siapa Samin Surosentiko, sebab sudah cukup banyak literasi tentang orang yang bernama asli Raden Kohar Surowijaya ini. Googling saja keyword “saminisme” dan “Samin Surosentiko”, maka muncul banyak link penjelasan mengenai orang yang dikabarkan sakti ini.  Lengkap dengan ajarannya. Bahkan sejumlah ilmuwan asal Australia, Belanda, Jerman, Jepang, menulis analisa khusus tentang seorang Samin Surosentiko. 



Perkenalan saya dengan masyarakat Samin adalah dari mulut ke mulut. Rata-rata cerita lucu menggelitik. Misalnya jika ke daerah Blora, harus hati-hati saat mengendara mobil. Sebab akan banyak dijumpai orang Samin yang seenaknya saja menyeberang jalan. Kenapa? Sebab mereka berprinsip, itu jalan dibangun di atas tanah leluhurnya, maka mereka bebas saja memakai. Justru para pendatang yang membawa kendaraan lah yang harus tahu diri, jangan sampai menabrak mereka.


Kisah lain yang cukup menggelitik adalah, kalau orang Samin naik kendaraan umum, mereka tidak mau membayar.   

Berikut petikan dialognya:

Sunday, February 7, 2010

Faktor yang Bikin Statusmu Laku Apa Ngga...

Seorang teman usul pada saya untuk menulis tips bagaimana status FB bisa banjir komentar. Kata teman yang hobi berdongeng soal geologi itu, ada temannya yang kalau bikin status selalu sepi komentar, sampai ia juluki sebagai fakir komentar.

Malah sang pakar geologi ini usul agar saya menulis buku khusus soal itu. Weks, pasti bukunya kecil mungil, tipis, dan dipajang bareng rokok di meja kasir, donk? Jadi saya tulis di sini saja ya. Ini bukan tips sih, tapi lebih ke faktor-faktor yang menyebabkan rame dan sepinya komentar di status. Tipsnya kapan-kapan ah, lagi males mikir yang susah-susah neh.

Ada beberapa faktor yang bikin status rame dikomentari:

1. Ente top apa ngga?

Walau status FB atau Twitter-nya cuma "Ahhhhhhh", "Cape deeeeeh", "Aduuuhhh", dan 1-2 kata ngga penting tanpa arti, jika ente memang ngetop, popular sampai ke Ujung Berung dan Bojong Kenyot, maka dijamin status FB/Twitter ente akan panen komentar.

Justru status yang hanya pendek dan nggantung itu bikin semua orang penasaran, menebak-nebak, sampai sudi berkomentar panjang lebar mengalahkan buku telepon panjangnya. Kalau bisa komennya ngga cukup sekali, tapi sahut-sahutan sama komentator lain, bahkan berantem dan perang panas. Tak heran, status ala kadarnya seperti , "Oohhhhh", kalau yang bikin orang top banget maka bisa memancing komentar sampai puluhan, ratusan, bahkan ribuan!!!

2. Ente cakep apa ngga?

Walau ngga ngetop, kalo memajang foto cantik/sexy/semlohai/ganteng di FB/Twitter, dijamin deh statusmu juga bikin orang sudi memberi komentar. Ngga usah bagus-bagus amat statusnya. Cukup kata-kata ngga penting semacam, "Aihhhh panasnyaaaaaaa", atau "Auuuwww ngga bisa bobo", atau bahkan cuma "Eheeeeemmmmmmmmmmm aaarggggg," dsb.

Beruntung kalo memang kamu sungguhan cantik/sexy/semlohai/ganteng, bukan cuma fotonya aja. Maka fans setiamu akan bersedia mengomentari statusmu 24 jam full.

3. Ente becus nulis ngga?

Becus nulis di sini artinya bukan jadi penyair atau editor atau novelis. Cukup becus dan mau ngetik status dengan jelas. Kalo ente udah kagak top, kagak cakep, eh nulis statusnya belepotan, males deeeeeeh.

Yang pasti jangan pake bahasa SMS disingkat-singkat atau kata anak sekarang bahasa Alay seperti: "W g mo capsus dl, katax da acr cool", atau "keknya w skt nie, ke t4 w dunk," atau "knp nge kt jd brantakan gn, slh sapa?".

Yeah, memang tetap ada yg komentar sih, walau hanya sebatas temen2 deketmu aja atau sesama umat pengguna bahasa brntkn ga jls yg bkn mls ksh komen. Weks, ketularan nih! Intinya, tulislah status yang mudah dipahami siapa aja, jangan cuma dimengerti oleh kalangan tertentu. Ya, pakai aja bahasa sehari-hari asal nyambung, ngga usah bahasa lebay atau alay. Tapi kalo situ masih merasa abegeh dan males gaul sama kalangan luas, ya monggo saja. Selamat ber-alay-ria! Ditunggu ya kabar berdirinya Republik Alay nan Lebay.

4. Ente becus pilih topik ngga?

Kalau topik yang lagi hot soal Bank Century, tau-tau ente baru pasang status topik terbunuhnya Noordin M Top, walah jadul amat? Pilih topik yang evergreen alias ngga bakal basi, atau sekalian topik yang memang belum banyak orang tau tapi keren, atau sekalian aja melucu, mengutip kata-kata orang bijak, jauh lebih aman daripada status sotoy (sok tau) tapi ternyata basi abis.

5. Ente rajin komen status orang juga ngga?

Maunya dikomentarin, tapi ngomentarin status orang kagak. Emang sih, teman kita yang triliunan jumlahnya tak memungkinkan kita komentarin satu-satu. Bisa kagak tidur dan makan dong? Minimal, ingatlah siapa orang yang rajin komen statusmu, lalu balaslah dia dengan mengomentari statusnya. Yah kalo ngga niat-niat amat bisa cukup klik "Like" aja, dia udah pasti suka.

Kecuali kalo ente ngetop dan semlohai seperti no 1 dan 2 di atas sih, aturan ini ngga berlaku banget ya. Tapi dari pengalamanku, banyak juga orang top dan cakep yang sudi membalas komentarku, lhooooooo.

6. Ente nyebelin ngga?

Nyebelin di sini, kelakuannya minus. Suka reseh sama status orang, komen yang menyerang, pasang status yang jelek-jelekin kalangan tertentu, sampe jualan kayak pedagang kaki 5 di wall orang. Manusia macam ini memang awalnya akan dibanjiri komentar, tapi komentar negatif pastinya. Dan sesuai hukum alam, orang yang nyebelin akan dijauhi. Boro-boro ada yang mau komentar di status orang nyebelin macam ini, ngga di-remove dari FB aja udah bagus lu!

7. Ente kapan pasang statusnya?

Kalo pasang status jam 2-4 malam, kecil kemungkinan akan ramai dikomentarin, sebab jam segitu kebanyakan orang pada molor. Paling yang komen ya temen yang tinggal di benua lain, atau sesama kelelawar. Atau pasang status pas magrib, lohor, jam makan siang, jam dimana orang cenderung cabut dari depan komputer dan agak males online di HP atau BB, sebab sibuk makan or sholat or jalan-jalan.

Kayaknya itu dulu, deh. Belum kepikiran yang lain. Lagian ngga pake mikir kok, cuma nulis seingetnya aja. Hehehe. Ada yang mau nambahin?

Dilihat Boleh, Disapa Jangan (Kalo ngga level)

Ada fenomena menarik seiring dengan kemajuan teknologi belakangan ini. Katanya teknologi itu untuk mempermudah segala hal, termasuk komunikasi. Tapi kini justru teknologi mempersulit komunikasi.

Ngga percaya?

Dulu, ketika beri hitam alias Blackberry alias BB belum merangsek ke Indonesia, saya merasa sangat terbantu dengan Yahoo Messenger (YM). Komunitas dunia maya pasti juga sudah tak bisa lepas dengan YM ini, dimana kita bisa ngobrol, curhat, nggosip, bahkan transaksi bisnis dan wawancara orang secara langsung begitu terkoneksi ke Internet. Kalau ada hal penting, ngga usah susah-susah memencet tombol ponsel dan rugi pulsa, tinggal online saja dari kantor atau mana saja, siapa tahu orang yang kita butuhkan sedang online.

Di YM ada status pilihan: Busy, Available, dan seterusnya, yang menjadi notifikasi dimana user-nya mau diganggu atau ngga mau. Dari situ saja kita sudah paham siapa teman kita yang sudi diajak ngobrol apa ngga.

Lantas muncul aplikasi Mobile YM, dimana YM ditemplokkin ke ponsel. Asyik juga, sebab bisa chatting dimana saja, kapan saja, bahkan sambil tiduran dan leyeh-leyah tanpa harus buka laptop. Irit batre. Di zaman ini, saya masih bisa menyapa teman-teman via YM. Hanya kalau ketahuan mereka lagi sibuk , paling balasannya lama. Ya bisa dimaklumi, siapa tahu lagi nyetir mobil atau meeting, hanya iseng nyolong-nyolong ol di YM..hehehe.

Nah, sejak BB alias berihitam menjadi euphoria, dan ia menyertakan YM di dalamnya, maka banyak pengguna BB yang tetap ol di YM 24 jam tanpa peduli dia lagi beol, bobok, kencan, dimarahin bos, nguras kolam, atau nyuci spre bekas ompol anak. Intinya, dia kelihatan ol di YM, tanpa status apapun, tanpa notifikasi dia lagi sibuk apa memang rela dikirimi spam apa mau diajak nggosipin bos yang lagi bisulan.

Penuh misteri. Hanya dia ol, itu saja. Kalau disapa, jawabannya bisa 24 jam setelahnya, atau bisa juga langsung namun hanya jawaban basa-basi sekenanya.

Makin lama makin banyak teman YM sejenis itu. Kalau kutanya, "Kok lama jawabannya?" Mereka bilang, "Maklum Mer, ol dari BB, ngga bisa langsung jawab dan aku sambil sibuk macem-macem."

Ohhh pahamlah saya.
Mereka pemilik BB ini ol di YM secara sengaja 24 jam dengan pesan implisit:

"Saya sudah tambah canggih sekarang, ol 24 jam dari BB. Tapi jangan harap saya ada waktu chat sama kamu, sebab saya sekarang manusia super sibuk. Waktu adalah uang! Uang buat bayar kreditan BB ini dan BB-BB lain yang akan saya beli untuk seluruh anggota kerluarga saya, bahkan juga saya harus kerja keras buat menyediakan budget membeli BB terbaru yang akan segera dilauncing. Jadi, jangan harap saya jawab YM kamu dengan segera seperti dulu ya. Kasian deh kamu, belum gablek BB, jadi kerjanya chatting mulu di HP jadul dan laptop! Saya hanya mau melayani sesama pengguna BB. Jadi kamu bisa chat sama saya kalo sudah punya PIN BB! "

Facebookhood, Begitu Saya Menyebutnya

Waktu join FB dulu sebenarnya hanya penasaran saja, apa iya lebih oke dari FS? Eh ndilalah malah FS terlupakan sudah, passwordnya lupa, link-nya juga lupa. Kini tiada jam tanpa FB. Sampai akhirnya menemukan manusia-manusia yang kadang sejiwa, kadang nyebelin, atau awalnya nyebelin, eh lama-lama asyik juga. Ada juga yang sebaliknya, awalnya asyik tapi kelamaan kok kurang ajar minta di-remove. Hahaha.

Saya juga ikut Twitter, tapi malas karena kok ngga variatif. Cuma bombardir teks pesan sama foto kecil saja. Sebagai orang yang hobi nulis dan mempublikasikan tulisan, link web sendiri, kadang foto, Twitter kurang mengakomodasi diri saya. Jadi saya masih cinta FB-lah daripada Twitter.

Efek psikologi ikutan FB baru saya sadari belakangan ini setelah iseng menganalisa. Eh ternyata teman-teman FB saya sangat variatif. Ada yang politisi, mahasiswa, aktivis, seniman, orang media massa, penulis, penerbitan buku, musisi, pegawai negeri, anak SMP, SMA, pengangguran, artis jadul, artis masa kini, anggota DPR, caleg, kartunis, programer komputer, hacker, CEO, office boy, ibu rumah tangga, dosen, guru, waduh banyak banget! Usia mereka antara 14-55 tahun, kalau tak salah.

Di FB ini saya menemukan beberapa teman seideologi juga. Ada beberapa teman yang sudah pernah bersua, banyak pula yang belum sama sekali namun sudah merasa sreg berteman. Ada yang jauh usianya di atas saya, sepantaran, atau jauh lebih belia.

Yang lebih tua itu saya anggap para om, tante, mas, mbak, kakak, tempat saya bisa bertanya banyak hal yang saya belum mudeng. Mereka dengan pengalaman dan kompetensinya bisa dijadikan teladan. Status mereka ini biasanya sangat inspiratif, memberi masukan berharga. Kalau baca status teman yang lebih tua dan berpengalaman di bidangnya, saya kerap membatin, "Ohhh benar juga ya.." atau "Ooooo begitu ya ternyata...baru tahu saya." Intinya, para teman yang lebih mapan ini memacu saya untuk bisa sehebat mereka kelak.

Lantas teman sepantaran, yang usianya kira-kira samalah dengan saya..berkisar 6 tahun lebih muda sampai 3 tahun lebih tua. Dengan mereka ini saya serasa punya teman seperjuangan. Pada usia yang kurang lebih sama, kami merasa mewakili generasi yang sama. Enaknya, kita bisa berbagi ide, sedikit bernostalgia tentang masa lalu: musik, buku, film, makanan, fashion yang sezaman. Pada teman sepantaran kita bisa cela mencela tanpa risih, ledek-ledekan, mulai yang sok sopan sampai paling ancur. Dan kalau ada oknum yang macam-macam, kita bisa saling dukung. Oh indahnya.

Eits, saya juga punya teman-teman yang saya juluki sebagai para adik di FB. Mereka ini pelajar SMP, SMA, dan mahasiswa, atau yang masih fresh graduate atau bekerja tapi masih belum lama. Weleh, ternyata bergaul sama mereka ini membawa angin segar tersendiri. Saya jadi tau apa itu capcus, lebay, bahasa alay, apa saja yang lagi tren di mereka. Para teman usia belia membuat saya terkenang pada masa seusia mereka yang gila abis, meletup-letup, produktif, emosionil, narsis, ngototan, dsb dsb. Ah, sebuah semangat muda yang tiada tandingannya dalam sejarah hidup manusia deh. Mereka kadang share dengan saya mengenai karya-karya mereka, sekedar curhat, atau tanya ini-itu sedikit tentang profesi saya. Aih, sungguh para adik yang lucu.

Facebookhood, demikian saya menyebut semua relasi pertemanan ini. Bukan saudara, sahabat, kerabat, atau apapun itu, namun kami memiliki ikatan walau hanya di dunia cyber. Ikatan pertemanan yang bisa saja kelak menjadi teman sesungguhnya di dunia nyata. Ah semua gara-gara Mark Zuckerberg!

Bagaimana dengan kamu?

Gelar "Dagangan"? Sopan Dikit Dooong!

"Jejaring sosial adalah tempat untuk bersilaturahmi," ujar Nukman Luthfie kepada saya di suatu pagi di kafe bilangan selatan Jakarta. Statemen itu juga yang saya garisbawahi di buku yang saya tulis, "Situs Gaul Gak Cuma Buat Ngibul" (Gramedia Pustaka Utama, Mei 2009).

Walau saya tekankan di jejaring sosial seperti FB ini kita bisa mencari jodoh, kampanye, membentuk citra diri, bahkan memperluas bisnis, bukan berarti kita menganggap FB adalah biro jodoh, alun-alun buat kampanye, ajang narsis atau pasar buat dagang. Sama sekali bukan. Orang yang ada dalam jejaring kita adalah manusia, punya perasaan dan hati, punya privasi, dan mereka dikatakan sebagai teman kita walau tak kita kenal baik semuanya. Maka selayaknya manusia dan teman, tolong perlakukan mereka sebagai manusia.

Bukan saya saja, pasti semua FBers mengalami hal dimana Inbox kita dibombardir pesan ngga jelas dari seorang "teman" FB, yang dikirim ke banyak orang sekaligus. Istilahnya "thread". Lantas jika ada yang membalas pesan itu, akan masuk juga ke Inbox kita, padahal kita ngga kenal dia siapa, apa yang diobrolin, Jaka Sembung banget deh!

Hal seperti ini biasanya saya cuekin aja kalau ngga terlalu ganggu, atau memang mood saya sedang bagus. Kalau lagi bete paling tahu2 saya klik "Report as Spam". Tapi beda jika pelakunya orang yang kita kenal, atau setidaknya cuma kenal di FB, pernah komenin status kita atau ada basa basi dikit lah. Buat mereka saya masih tolerir lah. Setidaknya dia menganggap saya manusia, sebab masih ada basa-basi. Jadi saya perlakukan dia juga sebagai manusia, bukan mesin.

Gangguan juga ada saja selain di Inbox, misalnya di Wall, News Feed, atau ujuk-ujuk status kita diserbu dengan komentar isinya iklan. Bujug deh. Kagak pake permisi or assalamualaikum ujuk2 tuh mahluk main nongol aja di "halaman rumah" FB kita dan gelar dagangan. Persis tukang dagang keliling door to door. Eh tapi mereka masih sopan, sebab masih mengetuk pintuk. Kalau yang di FB ini justru tau2 sudah gelar dagangan di teras rumah, teriak-teriak ke semua tamu kita soal dagangannya. Walah mas, nafsu amat ente dagang, takut keburu kagak makan ya anak bini di rumah? Ini halaman rumah orang woi, bukan pasar induk! Dagang di pasar aja tetep kudu izin dan bayar sewa kan??? Nah enta kaga kenal, kaga permisi ujuk2 tereak2 nawarin dagangan. Bujug dah, katanya melek teknologi tapi kok miskin etika? Nah buat yang beginian saya biasanya akan memperingatkan. Tapi kalau dia bandel ya apa boleh buat, REMOVE!

Pagi ini saya baru saja memblok seorang "teman" FB. Habis dia terlalu sering kirim thread ke Inbox saya. Saya sudah bilang baik-baik agar saya dihapus saja dari daftar postingan dia. Eh dia malah nantangin suruh saya remove dia saja kalo ngga suka. Saya masih sabar dengan memberi advis, sebaiknya kalau mau promosi opini atau artikel itu di Notes FB, jangan di Message. Eh dia malah bilang saya pro SBY, dan sejenisnya. Lho apa hubungannya coba??? Aneh bin ajaib. Karena dia jauh lebih tua dari saya, maka saya diamkan saja, takut kuwalat. Olala, ternyata subuh tadi dia masih kirim pesan aneh-aneh. Bujug deh nih orang, didiemin malah ngelunjak. Oke deh, saya BLOK saja ya, bapak tua berjiwa muda meletup-letup.

Fyuh, banyak manusia aneh ya di FB ini. Apakah kalian juga mengalami, atau malah jadi salah satu manusia aneh itu? Hahahaha!

Aneka Ragam Muka Cyber

Oleh: Merry Magdalena, lalu status jahilnya ditambahin sama Rusdianto Anto dan Mohammad Sholich. Jadilah ide keroyokan.

Muka Facebook: muka gaul

Muka Friendster: muka jadul

Muka Blogspot/Wordpress: muka curhat

Muka YM: muka rumpi

Muka Twitter: muka ikut-ikutan

Muka Google: muka mau tau aja

Muka Kaskus: muka bingung

Muka eBay: muka dagang

Muka Amazon: muka kutu buku

Muka Netsains: muka ilmiah

Muka YouTube: muka nomat

Muka Plurk: muka carmuk

Muka LindeIn: muka bisnis

Muka MySpace: muka sok muda

Muka Flickr: muka pamer

Muka mIRC: muka mesum

Muka Wikipedia muka pinter

Muka Multiply: muka curhat maksa

Muka Geocities: muka tua

Nah, sekarang kalo mau ngeledek muka temen, pake istilah cyber ini aja, biar dia ngga kesinggung, malah merasa keren. Wakakakak! Silakan disebar bar bar barrrrr!!!!

5 Jenis Teman yang Layak Dihapus dari FB

Kata orang, 1000 teman itu kurang, tapi 1 musuh sudah terlalu banyak. Kata saya, bagaimana kalau dari 1000 teman itu ternyata banyak yang diam-diam bukan teman sungguhan, melainkan hanya teman palsu? Bukankah itu lebih bahaya dari musuh? Mendingan jelas-jelas jadi musuh bukan, daripada menyamar jadi teman?Ya, lebih baik memiliki 1000 musuh yang jelas, daripada 1 teman yang penuh tipu daya.

Di Facebook ini, semua orang seolah berlomba banyak-banyakan teman. Kalau sudah ribuan atau nyaris 5000, bangga sekali. Padahal, dari sekian ribu itu, apakah semuanya teman sungguhan? Apa iya kamu kenal satu demi satu nama temanmu itu, atau hanya sekadar "add" dan "approve" tanpa tahu dimana dia kerja/kuliah, hobinya apa, rumahnya dimana, dan sebagainya?

Teman saya memang cuma 900-an, dan itupun hasil dari seleksi ketat. Ngga semua yang "add" saya approve, dan ngga semua teman saya pertahankan tetap di daftar teman. Jika sudah mulai aneh-aneh dan ternyata ngga ada gunanya amat buat saya, ya saha hapus saja.

Di buku saya, "Situs Gaul Gak Cuma buat Ngibul" (Gramedia Pustaka Utama), memang saya tulis tentang kita harus selektif memilih teman, karena di situs gaul selalu berkeliaran yang namanya "predator", yakni jenis user yang mencari mangsa baik itu sekadar sebar spam, virus, link, iseng mau ngerjain orang, atau bahkan yang memang niat banget pengen cari korban buat ditipu dengan motif materi maupun pelecehan seksual.

Namun memang praktek tak semudah teori. Saya sendiri masih tetap harus menyeleksi teman sampai hari ini dan selamanya, walau sudah terlanjur saya "approve".

Di buku saya, sudah ada petunjuk tentang jenis orang macam apa yang layak diwaspadai saat dia meng-"add" kita. Nah, di sini saya akan memberi update tentang jenis "teman" yang layak dihapus dari daftar teman kita.

Sejak ikutan FB, saya sudah me-remove sejumlah teman palsu. Yang seperti apa itu?

1. Teman Tukang Dagang
Ini jelas teman palsu. Waktu meng-add, gayanya ramah, identitasnya jelas. Eh pas udah di-approve, ternyata dia gelar barang dagangan di Wall, komentar status kita, juga status dia yang diupdate-nya setiap saat. Dan itu semua dilakukan tanpa basa-basi. Nyebelin, sebab dia ngga pernah menyapa kabar, ngga pernah komentar status kita kecuali buat jualan. Seolah dia ngga pernah peduli bahwa kita adalah manusia, melainkan cuma obyek dagang.
Sekali dua kali okelah, tapi lama-lama muak juga. Dia kira FB ini pasar induk ya? Okay, HAPUS saja!!!

2. Teman Norak
Dia add kamu motivasinya cuma buat nambahin jumlah teman aja. Dia ngga pernah nyapa kamu, kenal siapa kamu, tau kamu kerja dimana, apa hobimu, boro-boro deh. Kamu hanya nama yang menempel di daftar temannya tanpa dia pedulikan bahwa kamu manusia juga. Dan kamu juga jadi ngga peduli sama dia. Yah, buat apa? Mending hapus saja dan pakai kuota temanmu buat orang lain yang jauh lebih berguna kan?

3. Teman Gombal
Awalnya dia sopan, ramah, eh lama-lama ngelunjak. Sok akrab. Dikasih hati eh malah makin ngelunjak nanya hal-hal pribadi, padahal kamu ngga kenal banget sama dia. Ketemu aja blo pernah, fotonya juga blur, dan temenku ngga ada yang tau siapa dia. Dia sendiri juga ngga pernah cerita tentang dirinya, tapi terus nguber dan ngorek-ngorek informasi soal kerjaanmu, bisnismu, hal pribadimu, dan tambah ngelunjak lagi mau minjem ini itu. Ih jijay, siapa dia? Belum kalo ditambah rayuan gombal bilang kamu cantik, nggemesin, manis, dsb. HAPUS SAJA!!! Dia bisa jadi PREDATOR!

4. Teman Belagu
Dia add kamu, nanya ini itu. Kamu tentu menjawab dan approve, sebab memang motivasimu positif. Eh sudah jadi temanmu ternyata dia cuek beibeh. kamu dikacangin serasa dia artis dan kamu fansnya. Kamu sapa, dia ngga jawab, Kamu selalu aktif komentar di statusnya tapi dia ngga pernah nanggapi kamu bahkan ngga pernah peduli mau statusmu lagi jungkir balik atau terkapar. Hei, hei, siapakah dia? Emang penting ya punya teman belagu gitu? Lebih baik REMOVE saja!!!

5. Teman Bikin Down
Nah ini juga ngga kalah ngebetein. Komentarnya garing dan cenderung memojokkanmu. Kamu pasang status lagi sedih, dia meledek bahkan meremehkanmu, mempermalukanmu. Kamu pasang foto, dia menghinamu. Kamu bikin Notes, dia mencercamu. Kamu curhat di Wall, dia sok nasihatin dan sotoy abis. Kamu share link, dia memakimu. Intinya, semua responnya selalu negatif padamu, entah apa maksudnya. Bisa jadi sirik, atau maksudnya becanda tapi garing total. Daripada bikin kamu jengkel, down, dan memalukan, mending HAPUS saja tanpa ampun!!! Masih banyak teman di luar sana yang bisa menularkan energi positif kok!

Setidaknya itu 5 jenis teman menjijaykan yang layak di-REMOVE dari daftar teman FB-mu. Kalau ada yang punya "temuan baru", silahkan tambahkan ya.

So, 1000 teman memang berarti, namun buat apa kalau di antaranya ada yang menjijaykan dan jadi musuh dalam selimut? Lebih baik merangkul musuh buat dijadikan teman daripada salah duga dan ditikam teman sendiri kan?

Maka, jika kamu merasa jumlah temanmu di FB berkurang, artinya ada orang yang menghapusmu dari daftar temannya. Silakan introspeksi diri, siapa tau kamu termasuk dalam 5 jenis teman yang memang layak dihapus tadi? Hehehe...
Lalu hati2 juga siapa tahu ada teman yang menuntutmu secara hukum gara-gara postingan di FB. Gimana cara gaul yang asik biar ngga kena tuntutan hukum?

Nah, jawabannya ada di buku saya yang akan segera terbit , berjudul UU ITE (Informasi Transaksi Elektronik), DON'T BE THE NEXT VICTIM! Tentu saja masih diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dengan format gaul abis seperti buku saya terdahulu. Hahaha iklan jalan terussss tapi bukan spam lho, sebab kan saya sudah kasih tips jitu di atas.

Malas? Ya Jangan Diklik!!!

Kenapa Indonesia susah maju ya?

Dari pengalaman sih, salah satu jawaban yang bisa saya berikan adalah: karena orang Indonesia malas memperhatikan. Memperhatikan apa nih? Buanyak Salah satunya memperhatikan perasaan orang dan hal-hal detail. Memang ngga semua. Hanya mungkin bisa dikatakan sebagian saja atau justru mayoritas?

Contoh kecil saja, beberapa kali perusahaan dan komunitas saya mencoba memanfaatkan fitur Events di Facebook ini.
Waktu mengundang sih, yang klik Attending alias mau datang wah segudang. Pas sudah acaranya yang dateng cuma setengahnya.

Dan ini saya alami lagi sekarang. Memang sih acaranya belum berlangsung. Hanya sudah terlihat gejala anehnya:'

1. Teman yang klik Attending alias confirm datang tau2 kirim pesan ngga bisa datang. Lho, trus ngapain sampeyan klik Attending??? Apa ngga tau arti kata Attending? Mungkin tau. Cuma malas mengeditnya.
Hmmm tuh kan, malas! Malas memperhatikan hal detail. Jelas kan?

2. Yang ngeklik Attending cuma sekedar iseng. Alias latah alias pengen mukanya nampang di halaman Events. Dia malas memperhatikan bahwa fitur itu ada karena memang ingin dimanfaatkan secara serius, bukan cuma buat iseng klak klik sambil merem lantas bodo amat. Ya, kembali: MALAS MEMPERHATIKAN PERASAAN ORANG. "Emang gue pikirin kalo lu kecele acara lu kosong melompong padahal di FB yang confirm ada 5 juta orang? Bodo amat, bukan gw ini."

3. Ada lagi yang sudah klik Attending, eh tapi masih nanya ke saya: acaranya dimana, kapan, jam berapa, soal apa? Walah Mas, buat apa ada fitur Events kalo semua masih nanya ke saya? Emangnya saya bagian informasi yang digaji khusus? Nah kan, MALAS MEMPERHATIKAN DETAIL.

Tapi ya terserah Anda. Kalau ngga percaya, paling-paling kalian semua juga MALAS percaya sama tulisan saya ini. Viva pemalas!

JANGAN TERIAK2 BILANG NGGA MAU DIKASIH JANJI PALSU SAMA POLITISI. WONG RAKYATNYA SENDIRI HOBI KASIH JANJI PALSU KOK!

Mahalnya Harga Sebuah Mood....Hiks!

Sedikit anomali, akses Internet sedang was wus banget saat saya membuka laptop dan konek ke 3G IM3 Indosat goceng buat 4 jam. Sungguh murah meriah tapi terkesan elit. Ya, sebab saya pakai Macbook properti kantor dan konek ke ponselnya pakai Bluetooth. Jadi sungguhan wireless acces paling mudah dan murah.

Otak dan hati saya sedang agak kisruh (istilah kisruh seddang top lho sejak kasus DPT Pemilu). Jadi itu merupakan pembenaran untuk mampir ke gerai kopi kapitalis Starbucks. Bekerja sambil mencari suasana cozy, seperti kebanyakan profesional muda masa kini. Eh maaf, ngga terlalu muda sih, sudah kepala 3. Tapi masih lebih muda lho dari ibu saya. Haduh ngga penting!

Saya sedang mengedit artikel tanya jawab klien sembari chat dengan sang belahan jiwa di Leipzig nun jauh di sana. Sedang sangat mood buat bekerja sambil tetap gaul sana sini di FB, YM, dan email serta milis. Sungguh sebua suasana nyaman untuk menjadi egois.

Eh mendadak seorang ibu dengan anak sekitar usia 3 tahun ujuk-ujuk brek duduk sebelah saya. "Mbak, kursinya kosong kan?" Saya cuma ngangguk. Eh ternyata dia menggeret (ini bahasa Jawa tapi saya suka deh sebab sangat mewakili objeknya: geret, artinya ditarik tapi menimbulkan bunyi "GREEEEEET') kursi sofa empuk sebelah saya.

Didudukannya anak cowok 3 tahun berwajah nakal dan berkaki ngga bisa diam tepat di sebelah saya. Lalu si ibu sibuk menaruh ransel dan segala tetek bengeknya di sana sini. Apakah saya terganggu? Hmmm saya bayangkan anak cowok 3 tahun itu pastinya akan nggeratak sana sini.

Itu belum apa-apa. Si ibu mengeluarkan laptop dari ranselnya yang berisi tetek dan bengek itu tadi. Lalu laptop dinyalakan, dan bersamaan itu pula ia memperlihatkan sekeping DVD atau apalah itu. Maka dimulailah kebrisikan itu. Horeeee!

DVD dinyalakan dengan volume cukup keras, mengalahkan musik indah kafe. Dan si anak yang suaranya cempreng itu melonjak-lonjak kegirangan.

Horeeeeee! Starbucks sudah menjadi arena bermain dan momong anak. Horeeeeeeee! Menguap sudah suasana sok cozy dan sok mood kerja yang tadi saya sangat nikmati. Horeeeeee, sia-sia sudah saya merogoh kocek ekstra demi membeli suasana cozy di kafe kapitalis mahal ini! Horeeeeeee, tetap saja para Orang Kaya Baru alias OKABEH adalah raja segalanya! Mereka bebas ngapain aja sebab merasa punya uang dan demen banget pamer tanpa mengindahkan etika.

Horeeeeeeee, sekarang si ibu kakinya naik ke sofa tanpa malu, memamerkan jempol kakinya ke saya dan semua pengunjung.

Horeeeeeeeeeeeeee, si anak mulai rewel dan reseh teriak-teriak.

Saya membayangkan, someday Starbucks atau Olala, Coffee Bean, dan semua kafe keren lain akan disumpeki ibu-ibu OKABE arisan. Kemanakah saya mencari suasana cozy dan tenang? Kuburan? Siapa biang kuburan itu sepi? Kuburan bukannya sejak lama tren jadi tempat mesum? Iya lho, saya pernah baca di mana gitu, katanya kuburan malah jadi tempat transaksi seks komersil lho..haduh haduuuuhhhhh.

Tips #1: Tarik Napas & Hapus Komentar Ngga Pentingnya!

Salah satu tips yang saya tulis dalam buku "Situs Gaul, Gak Cuma buat Ngibul" (Gramedia, 2009) adalah jangan bersikap emosionil di situs gaul maupun aplikasi lain di dunia maya. Sebab sikap kita yang emosionil akan merusak imej, membuat kita tak sadar apa yang kita ketik. Bisa jadi isinya sumpah serapah, makian, keluhan, rengekan, termehek-mehekan, yang semua hanya membuat imej kita jelek di mata teman dan orang yang tak terlalu kita kenal. Atau bahkan di mata atasan, teman bisnis, klien, calon klien, dan seterusnya.

Tapi itu memang tak mudah dilakukan. Dan saya sendiri beberapa kali terpaksa melanggar tips yang saya tulis sendiri itu. Apalagi kalau ada orang ndak jelas yang kasih komentar sok tau alias sotoy di status atau postingan kita. Padahal kita cuma ngetik hal sepele dan iseng, spontan dari ekspresi saat itu. Eh mendadak ada teman di FB yang kita ngga kenal banget kasih komentar sok tau, nuduh, dan langsung menghakimi. Hei, siape elu? Lu cuma gue add sebagai temen di FB tapi ngga pernah ketemu elu. Trus kenapa elu bisa langsung menghakimi, menuduh, dan menasihati gue? Muka lu aja gue kaga pernah liat!

Dan untungnya saya kali ini tak terpancing mengetikkan hal yang full emosi. Saya tarik napas saja dan hapus komentar ngga pentingnya itu. Walau dalam hati semua kebon binatang dan makian terlaknat sudah saya tujukan ke orang yang namanya saja pake embel-embel "Cakep" itu. Duh, kasian amat sih, cakepnya aja diproklamasikan sebagai nama diri di FB. Artinya dia pengen banget cakep alias aslinya jelek kali yak? Wakakakakak.

Padahal kata beberapa teman, dulu saya sering emosi di milis atau blog, marah-marah pada sejumlah oknum mengesalkan di dunia maya. Thanks God belakangan sudah bisa mulai saya minimalisir. Mungkin karena saya sendiri menulis buku yang isinya semacam netiket gaul di dunia maya. Jadi saya otomatis jaim alias jaga imej sendiri. Hehehe.

Mungkin itulah yang terjadi pada para motivator ngetop saat ini model Mario Teguh, Andri Wongso dsb. Karena mereka menulis dan berbicara hal-hal positif pada orang lain, otomatis mereka pun harus jaim dan melakukan hal positif selalu. Ngga kebayang Mario Teguh yang kalo ngomong selalu santun itu mendadak emosi maki-maki orang kan? Hehehe, padahal ya siapa tau itu terjadi juga. Namanya saja manusia. Ngga akan luput dari khilaf.

Namun setidaknya dengan menulis dan berkata hal-hal baik pada orang lain, secara reflek kita akan melakukan dan berusaha bertindak baik juga.

Yah, contohnya saya, dan tindakan men-delete saja komentar menjijaykan orang ngga jelas tadi daripada harus memakinya. Sebuah kemajuan lumayan buat saya yang kata orang galak, sangar, dan preman abis. Wakakakakak!