Sunday, February 7, 2010

Bule with Bahasa Indonesia yang Good dan Right*

*Judul ini sengaja pakai bahasa campur-campur ala Cinta Laura dengan maksud menyindir kehancuran bahasa Indonesia kita tercinta di kalangan selebriti dan bahkan juga orang berpendidikan dan jabatan tinggi.

Seorang bernama Laura Lochore dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, lagi santun, menyapa saya di email.
Dia minta izin untuk menyertakan salah satu tulisan saya di Netsains.Com ke CD pelajaran bahasa Indonesia di SMA Australia Barat.

Dengan Bahasa Indonesia sebagus itu, siapa sangka dia bule?

Saya tersentak membaca email itu, oleh beberapa hal:

1. Wow, Bahasa Indonesia dipelajari ya di sekolah sana?
2. Laura sopan sekali, mau bersusah payah minta izin ke saya.
3. Wow, tulisan saya mulai go international cuy!

Tentang bule belajar bahasa Indonesia, saya memang sudah banyak dengar. Bahkan bukan cuma bahasa Indonesia, wayang, gamelan, serta sejumlah tarian kita juga menjadi semacam pelajaran tambahan di beberapa sekolah dan kampus luar negeri. Namun semua hanya selintas saja saya dengar. Eh, kali ini saya langsung berhubungan dengan "oknumnya".

Jadi prihatin, sebab orang Indonesia sendiri mayoritas tidak terlalu peduli pada budaya dan bahasanya. Selama mengedit banyak tulisan dari ilmuwan, pengajar, bahkan sejumlah orang berpendidikan tinggi dengan jabatan tinggi, saya menjumpai mereka kurang paham bagaimana menulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Mungkin mereka sudah merasa pakar di bidangnya, sehingga berpikir tidak perlu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Bahkan mayoritas tulisan mereka dicampur dengan bahasa Inggris.

Pernah saya tanyakan hal itu pada seorang yang bertitel S3, dan jawabannya,"Itu tugas kalian sebagai editor untuk memperjelas apa yang kami tulis. Kami sudah cukup sibuk dengan bidang kami. Saya sendiri sudah terbiasa berbahasa Inggris, jadi sering lupa apa padanan kata tertentu dalam bahasa Indonesia."

Sebuah argumen hebat. Tentu saja saya jadi malas berdebat dengannya, yeah titelnya saja sudah bikin saya agak minder. Nanti ujung-ujungnya dia malah mengungkit soal latar pendidikan saya?

Saya hanya berpikir, kalau anak sekolah di Australia sudi belajar bahasa Indonesia, kenapa kita yang orang Indonesia justru malas? Apakah memang ini sifat manusia, selalu melihat rumput tetangga lebih hijau?
Apakah kelak semua orang Indonesia jadi jago berbahasa Inggris, dan orang bule jago berbahasa Indonesia? Kita minum Pepsi, Coca Cola, makan burger, steak, bercelana jeans, berdisko, nonton film Hollywood. Sementara para bule minum bandrek, makan gudeg, berbaju batik, menari Pendet dan nonton wayang?

Hahaha lucunya!

Ohya, saya membalas email Laura cantik itu dengan sejumlah rangkaian pertanyaan mengenai pelajaran bahasa Indonesia di negaranya. Jika dia membalas, akan saya tulis dalam bentuk artikel di Netsains.com. Habis, penasaran sih dengan tujuan mereka belajar bahasa kita. Apakah sekadar tertarik secara budaya, atau ada maksud tertentu. Hehehe.

Oh ya, saya juga menemukan web Balai Bahasa Perth http://www.balaibahasaperth.org/about.htm. Wah, kalo Balai Bahasa mereka jauh lebih baik dari yang kita punya, malu cuy!

No comments: