Sunday, February 7, 2010

Catatan Kopdar Mini Netsains.Com

"Gue bingung, Jakarta kok isinya mall semua ya. Terus, apartemen segitu banyak, apa ada yang beli?". Tanya itu dilontarkan Hosea, temanku yang masih menderita jetlag karena baru mendarat dari Skotlandia.Ini temu keduaku dengan lajang belia di awal usia 20-an, namun sudah siap mengantongi gelar PhD bidang lifescience. Ya, ini kali kedua dia ke Jakarta setelah sekian lama di negeri empat musim, melompat-lompat dari Belanda, Inggris, Skotlandia.

Jadi jangan heran kalau Hoho, begitu sapaan akrabku ke dia, sedikit shock menyaksikan betapa crowded dan kontroversinya kondisi di Jakarta. Ya, di Eropa dia terbiasa dengan jalanan lengang, suasana kafe yang tenang, dan kondisi perkotaan yang kalem, tidak hingar bingar dengan mall dan apartemen yang masih berupa proyek full dengan kebisingan deru traktor.

"Tenang aja Ho, apartemen megah dibangun di sana-sini, tapi sekolah ambruk juga banyak," sahutku dengan gaya sarkastis untuk menggambarkan sekilas keadaan negara kita tercinta. Memang fakta kan, mall-mall dan apartemen serta perumahan mewah gencar dibangung, sementara di sisi lain sekolah ambruk dan gelandangan tidak kalah maraknya.

Hosea adalah sosok generasi muda dengan otak cemerlang, mewakili generasi Indonesia masa kini yang berpikiran kritis, progresif, memandang segala masalah dari beragam pendekatan, bukan satu dimensi saja seperti kebanyakan generasi terdahulu. Maka ngga heran saya nyambung banget ngobrol sama dia walau usia kami terpaut lumayan jauh, latar belakang pendidikan berbeda, karakter pun tak bisa dibilang sama. Benang merah yang mempersatukan kami adalah keyakinan bahwa kami mampu mengubah Indonesia dengan bidang kami masing-masing. Saya mengenal Hosea gara-gara Netsains.Com, dimana dulu lelaki yang aktif di banyak organisasi sains Eropa ini banyak mengirim tulisan untuk kami.

Jaki Umam berbeda lagi. Di tengah mini kopdar Netsains.Com di Citos kemarin sore, ia lebih banyak diam. Saya paham, dengan kondisi keluarga dan lingkungan yang sangat kontradiksi dengan Hosea, Jaki pasti agak mati gaya. Di keseharian, Jaki adalah pekerja keras yang juga kuliah. Ia meminati sains fisika, suka menulis, mengutak-ngatik teori quantum sampai filsafat.

Yang patut diacungi jempol dari Jaki adalah ketekunannya meraih pendidikan tinggi. Walau berasal dari keluarga dengan ekonomi sangat sederhana, cita-citanya untuk sekolah sampai S3 tak pernah padam. Dia sangat rajin menulis mengenai seluk beluk fisika dan filsafat. Saya yang membaca dan memuatnya ke Netsains.Com sampai ternganga-nganga, bagaimana mungkin tulisan itu ditulis oleh seseorang yang mengaku berasal dari keluarga sederhana?

Berkat kegigihannya menulis itu juga, Jaki mendapatkan sponsor kuliah, memberi laptop, bahkan sponsor itu berkomitmen membiayai kuliahnya sampai S3.

"Saya memamerkan tulisan-tulisan saya di Netsains ke dia, dan dia terkesan, sampai memberi saya laptop," ujar Jaki dengan dengan kepolosannya.

Didik, rekan saya programmer web berseloroh, "Nah, itu satu alasan kenapa Netsains harus jalan terus."

Oh ya, Didik adalah admin dan desainer Netsains.com yang dengan sabar dan baik hati membantu saya mengelola web sains popular ini sejak nyaris dua tahun lalu. Usianya juga masih belia, di awal 20-an, namun profesionalitas kerjanya jangan ditanya.

Sebelum Didik ada Syariful Anwar alias Kecoak yang sempat membantu awal-awal dirintisnya Netsains.Com ini. Walau akhirnya kini ia tenggelam dalam kesibukannya, Kecoak tak pernah henti menyemangati saya menjalankan Netsains.

Mereka inilah Netsainers yang hadir di kopdar mini kami. Hosea yang baru mudik ke Indonesia banyak sharing mengenai bagaimana pelajar-pelajar Indonesia di Eropa saja aktif mengadakan kegiatan yang isinya membahas isu politik Indonesia, bagaimana agar mereka bisa membantu generasi muda Indonesia yang terpuruk. Intinya adalah, para pemudia kita di negeri rantau sana ternyata masih memiliki nasionalisme luar biasa.

"Kita bisa saja mengkompilasi semua info tentang kesempatan beasiswa di luar negeri, dalam bentuh PDF dan dijadikan ebook, lantas diupload ke Netsains," ujar Hosea.

Ya, sebuah ide cemerlang! Mungkin ebook itu bisa dijual dengan harga murah, misalnya sekali download cukup Rp.5000 saja, dan diupdate secara berkala. Didik dan saya menyambut ide itu dengan antusias.

Jaki yang baru mengenyam D3 jadi sangat ngiler dengan sepak terjang Hosea yang sudah melanglangbuana menuntut ilmu. "Apa saya juga bisa punya kesempatan?"

Oh tentu bisa, Jaki! Hosea dan saya menyemangatinya untuk belajar bahasa Inggris lebih tekun lagi, sebab kini syarat skor TOEFL bagi pelajar yang ingin ke luar negeri sudah terus merayap tinggi. "Inggris mensyaratkan minimal skor TOEFL 600," ujar Hosea. Jika bahasa Inggris sudah cas cis cus dan ketekunan belajar cukup keras, maka tak ada yang tak mungkin untuk bisa mendapatkan beasiswa ke luar sampai S3 sekalipun!

Jaki makin berseri-seri ketika Hosea janji akan memberinya info lebih banyak mengenai beasiswa ke luar negeri. Ayo Jaki, kamu pasti bisa jadi fisikawan unggul seperti harapanmu selama ini! Tak peduli kamu mengaku sebagai anak desa atau apapun itu!

Kopdar kemarin memang terkesan dadakan dan tanpa rencana panjang. Hanya ide dadakan karena Hosea ingin bersua dengan sesama Netsainers saja. Maka banyak Netsainers yang berhalangan hadir. Apa lagi banyak Netsainers yang tinggal di luar Jakarta dan tentu saja luar negeri.

Saya yakin, di luar sana banyak sekali Jaki-Jaki lain, generasi muda kita dengan otak brilian, semangat meraih cita-cita, namun sayangnya tidak mendapatkan akses pendidikan layak. Atau kurang didukung keluarga dan lingkungan. Banyak orang Indonesia yang berasal dari kalangan ekonomi pas-pasan beranggapan bahwa mereka ditakdirkan hidup sederhana saja, tak perlu bermimpi muluk sekolah tinggi atau bahkan menjadi ilmuwan unggul.

Come on, Jaki sudah bisa membuktikan bahwa cita-cita yang dikejar dengan kerja keras pasti akan mendapatkan jalannya. Dan dia sudah ada di jalan itu kini.

Di luar sana juga banyak Hosea-Hosea lain, generasi muda yang beruntung didukung keluarga dan lingkungan untuk mewujudkan cita-citanya. Dan mereka sudah bisa berlaga di kancah internasional, membawa harun nama Indonesia. Membuktikan pada dunia bahwa Indonesia juga penuh dengan manusia brilian. Kepada Hosea-Hosea inilah generasi muda Indonesia yang masih terpuruk menggantungkan harapan agar mereka mau berbagi ilmu, pengalaman, link, network, demi mencapai cita-cita mulia mereka.

Oh kenapa saya jadi bertingkah kayak Mendiknas kesiangan yang ngga kepilih akibat ngga ada lobi ke presiden dan ngga gablek gelar profesor begini?

Hmm jujur saja, dalam hati kecil saya, saya masih percaya bahwa Indonesia bisa menjadi lebih baik, andai saja komunitas yang saling tolong menolong seperti Netsains.com ini bisa makin kuat.

Buat Netsainers lain yang kemarin tidak bisa hadir, semoga di lain waktu kita bisa bersua ya. Kontribusi kalian mengirim tulisan atau sekadar rajin mengkliknya saja sangat berguna bagi generasi muda Indonesia yang haus ilmu.

Ayo generasi muda, jangan tiru teladan buruk para generasi tua kita yang hobi korupsi, berebut kekuasaan dan bermain politik busuk. Kita bisa kok membuat Indonesia lebih baik!

No comments: