Sunday, February 7, 2010

Nobody Killed The Radio Star

Minggu siang kemarin saya diundang on air di Radio Sonora, untuk acara resensi buku. Owww..Sonora? Nama itu memang sudah ngga asing di telinga sejak kecil, dan kembali mendengar lantunan jingle khas radio "jadul" itu membuat saya tersedot jauh ke masa kanak-kanak dulu.

Ternyata studio radio itu juga sama lawasnya. Sejumlah poster penyanyi seangkatan Rick Price atau Mr. Big lengkap dengan tanda tangannya menghiasi dinding. Seolah menandakan bahwa stasiun radio tersebut pernah mengalami masa-masa jaya di waktu lampau. "Mah, kok artisnya jadul-jadul ya," celetuk Libby My Kid yang menemani saya siang itu. Jelas, zaman kejayaan Mr.Big dulu, Libby belum lahir. Padahal rasanya Mr.Big bukan artis jadul-jadul amat deh. Jadul itu bagi saya ya Elvis Presley atau Beatles. Tapi Mr.Big kan kayaknya baru kemaren menyanyikan "To Be With You" atau Rick Price dengan "Heaven Know". Ooppss pertanda saya mulai jompo ya? Hehehe.

Setelah mulai on air, di sela obrolan kami tentang buku saya, terdengar jingle khas Sonora yang memang asli jadul abis. Kata Mas Anto, sang penyiar yang mewawancara saya, posisi radio kini memang agak tergeserkan oleh media online. "Tapi kita tetap punya pendengar setia, Mbak. Yang tergeser itu justru media cetak," ungkapnya.

Iya juga, buat pengendara mobil biasanya ada yang kurang kalau di tengah macet jalan raya tidak ditemani radio. Mereka butuh hiburan musik, canda tawa penyiar, atau info lalu lintas serta berita terkini. Hanya radio yang mampu memenuhi semua kebutuhan para pengemudi mobil itu. Mustahil lah mereka mau online sambil nyetir mobil, kecuali mau berakhir di rumah sakit. Hehehe.

"Video Killed The Radio Star", demikian lagu The Buggles yang pernah saya dengar ketika era video klip mulai melanda televisi dulu. Tapi ternyata ramalannya ngga mempan. Radio tetap memiliki posisi tersendiri di hati manusia, sampai hari ini. Radio ngga bisa digantikan oleh TV kabel atau media online. Ada greget tersendiri saat mendengar nama kita diudarakan, disapa oleh penyiar, dikirimi lagu oleh sahabat, dititipi salam manis oleh kerabat.

Saat kecil dan remaja dulu saya tergila-gila sama radio. Ngga bisa ngga, harus ada radio mungil yang menemani kemanapun saya pergi. Sampai sering main penyiar-penyiaran sendirian di kamar, berlagak siaran dan bacain kirim-kiriman lagu pendengar. (Belive it or not, Libby My Kid juga melakukannya sekarang!).

Ironisnya, kini saya justru udah lama ngga denger radio. Secara saya ngga mengemudikan mobil, gitu lho. Alias masih nebeng sama abang angkot atau mas taxi yang baik hati. Jadi jangan salahkan saya kalau merasa pengalaman on air di Sonora kemarin agak luar biasa dan membangkitkan memori lama. Lagian saya sudah agak lupa sama gregernya mendengarkan radio. Lupa..lupa lupa lupa, aku lupa frekuensinya...*dengan irama Kuburan Band*.

Makasih ya Sonora yang sudah memberi kesempatan saya mewujudkan impian waktu kecil dulu: cuap-cuap di radio. Oh ya, akhir bulan ini saya juga diundang on air di radio DFM. Hmm itu radio apa lagi ya, saya kok baru dengar namanya? Hehehe. Ngga peduli ah, yang penting bisa cuap-cuap dan bergaya ala penyiar profesional.


Nah, apa impian masa kecilmu, teman?

No comments: