Sunday, February 7, 2010

Just Another Teaser "Petualangan John & Kund"

Nukilan draft novel yang di bawah ini akan saya ubah menjadi skrip komik. Ichan tadi baru mengirim raw sketch karakter utamanya. Total ada 4, tapi saya grab 2 dulu. Nanti saya akan deskripsikan karakter mereka satu-satu setelah sket final karakter jadi.

Biar penasaran, ini kutipan salah 1 bab novelnya. One again I tell you, this story will be release as a graphic novel. Kalau ada yang berminat memfilmkannya, silakan hubungi saya (PEDE BERAAAAAAATTTtttttt). Wakakakakak!

***

Johnkecops tak sabar memikirkan bagaimana rupa laki-laki aneh yang selama ini hanya dijumpa di dunia maya. Kunderemp Narkaulepsy. Satu-satunya manusia yang ia tahu juga mengalami nasib sama persis dengannya. Entah apakah ada yang lain lagi di luar sana. Suasana kafe itu lengang, sebab ini jam kerja. Hanya dia dan sejumlah pengangguran saja yang berkeliaran ngga jelas jam 10 pagi gini. Musik jazz ngga jelas mengiringi tenggakan kopinya.

Dan muncullah sosok cowok, melangkah menggayut ala demonstran kecapean. Mata tajam mereka beradu, langsung saling mengenali.

“Kund?”
“John?”
Lalu bersalaman erat.

“Udah lama John? Sori, mobil butut gue mogok. Maklum, warisan bokap,” Kund yang berkemeja flanel merangsek di sebelah John.

“Santai aja, Kund. Kita bisa balapan mobil butut kapan-kapan,” John memberi kode pada waiter untuk membuatkan minuman buat Kund.

“Jadi gimana, mulai ada memori-memori aneh berkelebatan di kepalamu?” Kund langsung ke pokok persoalan.

“Bikin aku gila! Masak setiap satu jam sekali muncul memori aneh yang menyiratkan bahwa kita ini adalah utusan seseorang bernama The Boss. Kita agen mereka. Untung bukan agen iklan sekalian!” Johnkecops juga langsung ke pelampiasan emosinya.

Sejak mendaratkan kaki ke rumahnya di kota Dodolipet, keduanya sama-sama menerima kembali email aneh yang secara otomatis menginstal sejumlah program tak kalah aneh ke komputer mereka. Setelah membaca secara acak pesan-pesan email tersebut, John dan Kund juga mengalami lamunan super aneh yang secara kontinyu menganggu mereka setiap satu jam sekali kecuali sedang tidur.

Memori itu seolah membawa mereka ke suatu masa dimana sekitar mereka adalah laboratorium serba canggih, dengan dua orang tokoh utama yang bergaya ala bos belum jadi. Dandanannya sangat meragukan bahwa mereka orang sukses, tapi apa boleh buat, harus diakui mereka lah pemilik gedung megah beserta laboratorium tersebut.

“Yang cewek kalo ngomong ngga pernah ngeliat ke mata kita kan?” Kunderemp menggambakan sosok salah satunya.

“Bener banget. Yang cowok kerempeng, pucet, rambut kucai, mata kayak abis begadang seminggu,” sahut John.

“Mereka ngaku sebagai bos kita, mengirim kita dari masa depan ke masa kini dengan misi utama memperbaiki negara. Sungguh dodol!” Kunderemp menyeruput kopinya.

“Ya, dan sudah satu bulan ini kita ngga nemu penjelasan logisnya. Apa kita percaya saja sama ocehan mereka? Atau mau kita cuekin aja, menjalani hidup normal, ikutin kemauan ortu buat cari kerja, cari pacar, kawin, dan punya anak,” John mulai bimbang.

“Weks, itu terlalu membosankan, Bung John!” Kund menepuk bahu John. “Oke, katakanlah ini ulah iseng sejumlah oknum jahil yang mau mengerjai kita. Apa untungnya buat mereka, sih? Dan apa ruginya bagi kita kalau mengikutinya? Ini petualangan yang asyik, kan?”

John terdiam. Sudah sebulan ini dia terombang-ambing antara mengikuti naluri pertualangannya atau menjalani hidup selayaknya manusia kebanyakan. Sebulan ini juga ibunya nyap-nyap mengeluhkan kebiasaannya mengurung diri di kamar, tepekur di depan komputer nyaris 23 jam sehari. Saat makan pun ia melamun. Tidur mengigau. Mirip orang sakit demam tinggi.

Mimpi-mimpinya selalu berputar-putar di hal serupa: ia adalah agen dari masa depan dengan suatu misi khusus maha penting. Ia harus mengikuti semua instruksi yang dikirim melalui email, SMS, situs gaul, atau bahkan memori yang datang mendadak, berkelebatan mengganggu jalan pikirannya. Ia merasa mendadak jadi paranormal, mampu melihat ke masa depan, berkomunikasi dengan orang-orang yang tidak berwujud nyata di keseharian. Sekuat tenaga ia berjuang mengusir semua memori itu, tapi tak pernah sukses. Email-email juga terus memborbardir.

Belum lagi program tak dikenal yang tahu-tahu sudah terinstal di komputer rumah dan laptopnya. Program itu isinya sebuah instruksi, muncul begitu saja setiap kali komputer dinyalakan. Begitu teraktivasi, program serupa langsung terkoneksi ke ponselnya. Ada semacam panel-panel mirip kalender yang jika diklik menampilkan instruksi lanjutan. John tidak pernah mengikuti semua intsruksi itu. Lebih tepatnya, belum.

Kunderemp mengeluarkan ponselnya. Ia membuka program aneh tersebut.

“Aku sudah membuka semua panel-panel itu. Intinya, kita akan dikirim ke waktu tertentu yang ada di tanggal panel itu, lalu mengikuti semua petunjuknya. Kita akan ke tahun 1980, dimana terjadi perjanjian kerjasama antara presiden kita dengan negara Kanoa, yaitu penjualan tambang gas. Transaksi itu sangat merugikan negara kita, sebab tambang dijual dengan harga sangat murah, padahal saat ini, 25 tahun kemudian, gas menjadi sumber energi langka dan mahal sekali. Negara kita rugi sekitar 500 triliun dolar!” Kunderemp menyerocos.

“Ooo kamu sudah menggeratak sejauh itu?” John agak terkejut.

“Ya, ponsel kita ini sudah terprogram dengan ..hmmmmm mesin waktu. Kalau ngga salah sebut namanya aplikasi ExiteR. Hmm ya, ya, benar itu namanya,” Kund mencermati fitur di ponselnya.

John ikutan mengoprek ponselnya. Keduanya larut dalam obrolan aneh yang sama sekali tak dimengerti oleh orang yang mencoba mengupingnya.

Setelah dua jam lebih mereka mengoprek-oprek ponsel, akhirnya keduanya mencapai kata sepakat, kemudian bersalaman erat sekali.

“Oke, petualangan segera dimulai!” John memantapkan diri.

“Ngga jadi cari kerja, cari pacar, lalu kawin dan punya anak?” Kund menggoda.

“Itu bisa kapan-kapan. Dengan ExiteR, kita bisa kawin 100 kali dan punya 200 anak!”

No comments: