Sunday, February 7, 2010

The Years of Living Dangerously: PRD dan Saya

Gara-gara dijejali berita politik melulu di TV, saya jadi sakaw nulis politik. Tadi nonton di Metro TV: kantor KPU dijaga ketat, lengkap dengan kawat duri. Mungkin KPU jadi parno akibat banyak dicerca sana sini?

Tapi ingatan saya jauh melayang ke tahun 1999 silam...

"Mer, Wawan sama temen-temen masuk Carolus. Babak belur dihajar tentara!" kabar dari telpon itu membuat saya lupa bahwa tubuh saya lelah baru pulang kerja. Kaki langsung gesit melangkah, lompat ke bus arah Salemba.

Dan di sana saya temukan tubuh-tubuh bersimbah darah, teman-teman saya. Tepatnya, teman-teman seperjuangan. Siangnya mereka habis merangsek menjebol gerbang KPU, setelah lelah sepagian berdemo damai tapi tak digubris. Kalau tak salah dulu itu PRD memprotes beragam kecurangan KPU terhadap partai-partai baru pemilu 1999.

Jadi kalau sekarang banyak partai teriak-teriak ini adalah Pemilu terburuk, KPU ngga becus, dsb...BASI! PRD sudah memulainya sejak 10 tahun silam. Ingat, 10 tahun silam, ketika darah muda kami masih bergejolak dan sel-sel kelabu kami masih kinclong, bebas korupsi 100%, bebas pikiran kotor dan sogok-sogokkan, koalisi taik kucing dan demokrasi gombalita seperti mayoritas partai saat ini.

Aksi berdarah bukan hal baru bagi PRD. Bukan, kami bukan partai full preman seperti partai itu tuh, yang pemimpinnya cukup cukup pengecut mengaku tidak mengenal siapa itu Budiman Sudjatmiko dan PRD (tapi sekarang Budiman malah dia rangkul masuk partainya, cuih!), sama sekali bukan. PRD adalah partai yang digawangi anak-anak muda. Pendirinya saja usianya baru 28 saat itu (ya siapa lagi kalo bukan Budiman yang sekarang jadi caleg, huh! -bete bete bete bete ahhhh-).

Ya, betul, pendiri PRD kini justru jadi caleg partai dodol yang bawa-bawa embel-embel wong cilik. Yang saat markasnya diserang dan terkenal dengan tragedi 27 Juli justru menunjuk PRD sebagai kambing hitam, ikutan menuduh PRD komunis, hingga kawan-kawan kami dijebloskan di penjara. Hahaha, hebatnya politik itu!

No way, PRD bukan komunis. Kami semua adalah orang beragama. Kami ada yang sholat, ke gereja, mengaji, baca injil, dan tetap berusaha berbakti pada orang tua dan negara. Hanya karena kami membaca Marx dan Pram, lantas kami dituduh komunis. Alangkah piciknya otak kalian!

PRD adalah partai yang seminggu sekali ngajak simpatisannya diskusi politik, berargumen, beropini, berdebat, mencari solusi beragam masalah kerakyatan dari kaca mata anak muda yang progresif dan kritis. Pokoknya TOP BGT deh. Dan sampai hari ini saya belum pernah menemukan partai yang sehebat ini.

Kampanye Pemilu 1999, PRD ikut, lho. Saya juga pastinya. Kami bikin aksi jalan kaki dari Cawang ke Salemba, membagikan selebaran dan orasi pendidikan politik bagi rakyat. Agenda kami saat itu adalah menurunkan Soeharto dan antek-anteknya. Sampai di Salemba kami bikin panggung Rakyat Demoratik. Saya ada di sana bersama teman-teman saya group punk Depok. Mereka menyanyikan lagu-lagu mars perjuangan PRD dengan gaya nge-punk! Mana ada partai kayak gitu, bung!

Sayangnya, setelah Soeharto lengser, Indonesia penuh gejolak. Presiden demi presiden silih berganti. Kami keburu identik dengan cap komunis oleh Orba dan satu-satu anggota kami terserai berai sibuk dengan hidup dan karirnya sendiri.


Dan hari ini saya melihat para jendral dodol, komandan tentara yang menghajar kawan-kawan kami itu maju jadi pimpinan partai, sok pengen jadi presiden, menawarkan koalisi bersama si pimpinan partai dodol pengecut. Gilanya lagi sok bawa-bawa ekonomi kerakyata dan konsep sosialisme yang dulu mereka tuduh sebagai komunis!

SAYA MAU MUNTAH!

Maaf, saya terpaksa pilih status quo, bung!
*tidak pernah menyesal mengalami masa muda yang begitu berwarna*

No comments: