Sunday, February 7, 2010

Siapa Mau Membeli Badak dan Membawanya Pulang?

"Rasanya seperti kembali cita-cita ke masa kecil. Saya membeli badak dan bisa membawanya pulang!"

Itu ucapan seorang filantropis yang membeli 1 suaka di taman safari Afrika. Kini, siapa saja bisa punya suaka margasatwa di Afrika sana. Beli saja suakanya, pilihlah jenis hewannya, dan tentukan sendiri pemeliharaannya. Tentu harus sedia duit segudang buat itu. Menaikkan gengsi, bersenang-senang, sekaligus menyelamatkan alam. Indah bukan?


Makin ke sini, makin saya sadari bahwa manusia dewasa selalu berusaha mewujudkan cita-cita masa kecilnya. Bukan cita-cita mau jadi dokter atau sejenis itu, melainkan cita-cita kecil tapi banyak. Misalnya dulu waktu kecil main masak-masakan, eh besarnya masak beneran.

Waktu kecil dulu saya suka main guru-guruan. Saya jadi guru, ngajar boneka-boneka yang saya jajarkan di depan saya. Sebab kalo ngajar teman susah diatur, jadi saya pilih boneka sebagai murid saya. Selayaknya guru, saya punya daftar absen, rapor, PR, papan tulis, dsb.

Lalu saya juga pernah menghayal jadi penulis komik terkenal. Komik saya laku keras, dirubungi fans minta tanda tangan dan saya mengejar deadline membuat komik selanjutnya.

Kalau jadi penulis buku sesungguhnya saya lebih menghayal ke bagian enaknya saja, yaitu jalan-jalan keliling dunia atau menyepi di vila mewah di kaki gunung demi mencari inspirasi nulis, sambil sesekali dikontak penerbit yang nagih tulisan.

Dan menghayal jadi jurnalis dulu itu membayangkan ketemu Jon Bon Jovi atau Axl Rose di belakang pentas, ngobrol asyik sama mereka sementara fansnya di luar sana menjerit histeris penuh sirik.

Idih, noraknya semua cita-cita saya itu.

Tapi, thanks God, semua sudah terwujud satu demi satu. Saya pernah merasakan jadi jurnalis yang ketemu banyak orang hebat di dunia ini. Pernah juga jalan-jalan ke Nice, Paris, Monaco, dibayari demi menulis artikelnya.
Sekarang? Lagi ditungguin penerbit juga buat scrip komik sains populer. Lantas buku saya juga lagi diedit sama penerbit top markotop negeri ini.
Oh ya, mainan guru-guruan di masa kecil dulu mulai terwujud juga. Mendadak saja diajak ngajar menulis secara e-learning oleh sebuah situs e-learning keren. Ini saya sudah bikin kurikulumnya, dan lagi nyusun materi pengajaran. Kata Mas Andre, bisa jadi siswa saya nanti adalah guru-guru.
Haduh, berawal dari main guru-guruan, sekarang malah saya disuruh jadi gurunya guru!

Nah, tidakah orang dewasa itu selalu mengejar impian masa kecilnya?

No comments: