Friday, March 5, 2010

Rasa Nyaman di Luar "Zona Nyaman"














Anak ayam saja tak dibiarkanNya mati kelaparan, apa lagi manusia? Kalimat itu terus berdengung di kepala saya pada bulan Januari lalu, bulan dimana saya memutuskan tidak memperpanjang kontrak kerja. Ya, saat itu saya dalam kondisi agak galau tapi berusaha yakin. 

Sebulan lebih sudah saya resmi jobless, alias tidak tercatat sebagai karyawan perusahaan mana pun. Dulu, saat kontrak kerja saya sudah tinggal menghitung hari, dan diberi kesempatan untuk memilih memperpanjang atau memutusnya, sempat ada perasaan galau di hati. Tidak lanjut kontrak kerja, artinya tidak ada lagi gajian bulanan, income tetap yang bikin saya ada di zona nyaman.

Saat itu saya bertanya-tanya pada diri sendiri, "Mampu ngga ya sebagai single parent saya menafkahi anak saya yang sudah SMP dan butuh biaya besar buat masa depannya, plus biaya hidup saya sendiri, tanpa ada gaji bulanan?" Padahal tagihan listrik, pembantu, sekolah anak, Internet, asuransi, dan keseharian, terus berjalan.

Pertanyaan yang belum bisa terjawab saat itu, kecuali mencobanya. Dan saya nekad mencobanya. Bulat keputusan saya untuk tidak memperpanjang kontrak kerja. Beberapa teman yang pernah saya ajak diskusi mengenai ini menganggap saya nekad. Ya, bagaimana lagi, hati kecil saya mengatakan bahwa sudah saatnya saya "membebaskan" diri dari zona nyaman.

Kebetulan sudah lama saya menggeluti sampingan sebagai penulis, pendamping penulis, dan editor. Jadi bidang inilah yang menjadi fokus saya ketika resmi resign. Sampai hari ini masih ada beberapa teman yang bertanya, bagaimana mungkin hidup tanpa gaji tetap? Apa yang saya lakukan? Apa mendadak dapat warisan miliaran? Atau kena cipratan dana Bank Century yang raip? Hiks sedihnya, andai saja semua itu benar..sayangnya tidak.

Yang saya lakukan sebelum resmi resign adalah mengumumkan bahwa saya akan fokus ke bidang menulis, siap membantu siapa saja yang memerlukan.  Modal saya adalah reputasi sebagai penulis beberapa buku, baik yang dijual komersil maupun tidak, mendirikan situs non profit Netsains.com, jejaring pertemanan yang lumayan luas, dan syukurlah, nama baik yang belum tercoreng oleh kasus yang merugikan siapa pun secara sangat serius hingga berurusan dengan hukum atau kekerasan. Dari reputasi yang memang belum seberapa itu, saya juga bermodalkan kepercayaan. Karena saya belum terlibat kasus aneh-aneh, akibatnya saya bisa dipercaya oleh orang lain. Kepercayaan ini berbuntut pada rekomendasi, dimana 1 pihak yang pernah bekerjasama dengan saya, akan merekomendasikan saya ke pihak lain, dari mulut ke mulut.
Ketika saya resmi resign, apa yang terjadi?

Alhamdulilah Puji Tuhan, satu demi satu tawaran kerjasama datang. Bahkan beberapa teman juga datang pada saya, minta untuk dilibatkan pada project-project saya. Ada satu-dua yang saya mintai bantuan, namun karena saya masih sangat pemula di bidang wirausaha, maka belum bisa memberi secara berlebihan. Cukup berbagi rezeki saja, istilahnya.

Saya justru mendapat tawaran menulis dengan nama sendiri lagi, 1 naskah siap terbit, 2 lagi sedang berusaha saya kerjakan. Lalu 2 naskah klien masih "menggantung" di penerbit. Kini saya juga sedang mengedit 2 naskah klien, masih menjadi penulis advertorial freelance, dan sedang penjajakan menjadi associate editor sebuah majalah baru. Dan seorang kenalan baru mengajak saya bekerjasama membuat workshop dan roadshow sehubungan dengan topik di salah satu buku saya. Sementara itu saya masih terus mengelola situs non profit Netsains.Com yang makin banyak kontributornya, sebuah kerja sosial yang saya cintai. Saya juga berusaha membantu mengerjakan PR si Junior, memastikan dia belajar untuk menghadapi mid semester besok, sesekali hang out bersamanya. Semua itu saya syukuri tiada henti, sebagai berkah berkelimpahan dari Nya.

Sebulan sudah saya lalui di luar zona nyaman.  Yang saya dapatkan justru hati ini makin nyaman saja. Nyaman,  sebab bisa bebas menentukan apa yang ingin kita lakukan atau tidak lakukan. Nyaman, sebab bisa bekerja di rumah sambil memberi perhatian pada si Junior. Nyaman, tak perlu menunggu tanggal tertentu untuk bisa membayar tagihan. Nyaman, sebab saya belajar banyak sekali hal yang tak saya temui selama menjadi karyawan dulu.

Siapa sangka saya justru merasa nyaman saat keluar dari "zona nyaman"? Semoga kelak saya bisa membagikan kenyamanan ini pada orang lain. Amin.

PS: Terima kasih buat semua pihak yang masih memberi kepercayaan saya untuk bekerjasama. Semoga saya tidak pernah mengecewakan kalian, dan maafkan jika ada kealpaan saya sebagai manusia.

No comments: