Thursday, July 1, 2010

Profesi Penulis Disalahkaprahkan...

"Apa? Penulis? Hmmm novel apa?"

Hiyak, cape deh kalo harus menjawab pertanyaan itu. Sejak resign menjadi jurnalis, dan resmi menjadi penulis murni, saya sering dihadapkan pada pertanyaa norak-norak bergembira serupa.

Misalnya:
"Oh penulis, penulis apa ya?"

Yang jelas bukan penulis daun lontar, monyong!

Orang awam sering menganalogikan yang layak disebut penulis adalah novelis terkenal sekaliber JK Rowling, Andrea Hirata, Dewi Lestari, Ayu Utami, Seno Gumira Ajidarma, Pramoedya Ananta Toer, dsb. Lain dari itu ngga layak.


Oke, sini sini saya jelaskan ya.
Penulis itu ngga selalu penulis novel terkenal atau buku heboh yang mengungkap tragedi atau misteri menggemparkan. 

Profesi penulis itu meliputi:
-Penulis teks iklan (copywriter)
-Penulis konten website
-Penulis advertorial (artikel yang sesungguhnya iklan)
-Penulis artikel di majalah/koran/website
-Penulis skenario film atau drama atau teater
-Penulis skrip komik
-Penulis teks berita di radio/TV
-Penulis buku non fiksi (bukan novel, nek!)
-Penulis buku fiksi (nah ini baru novel, nek!)
-Penulis pers rilis
-Penulis company profile
-Penulis bayangan (ghostwriter, menulis untuk orang lain dan dibeli hak ciptanya)
-Banyaaak lagi, silakan gunakan imajinasimu.

Dan semua daftar tadi masih dilengkapi juga dengan pekerjaan editor, yakni penulis atau bukan penulis yang mengedit tulisan orang lain, baik di media massa atau buku/website, dsb. 

Jadi, jika ada orang meyebut dirinya "penulis", maka janngan langsung berharap kamu berhadapan dengan novelis terkenal sepanjang masa yang kaya raya loh jinawi dan layak dipalakin minta traktir atau dimintain bukunya semua ya. 

Menulis tidak identik dengan buku, apalagi harus berupa novel. 

Saya menulis secara profesional, sama seperti desainer yang menggambar menggunakan bakatnya untuk mencari nafkah dan pengembangan karir, bukan buat heboh-hebohan atau mencari eksistensi diri.

Silakan baca ulang daftar di atas tadi. Semuanya punya prospek yang bagus untuk didalami menjadi karir. Tapi tolong, jangan minta buku gratisan ke penulis kurang heboh dan terkenal kayak saya. Kami menulis bukan buat cari sensasi atau membentuk citra (seperti yang banyak dilakukan selebriti atau politikus) , melainkan mencari nafkah sekaligus berbagi ilmu dan pengalaman agar berguna bagi orang banyak.

Jadi, beda ya antara penulis yang menulis demi citra, eksistensi, pencarian jati diri, kehebohan, sensasi, cari nama, promosi diri/partai, dsb dengan penulis profesional. Kalau penulis yang menulis iseng demi pencitraan diri, demi aktualisasi belaka, bahkan rela merogoh kocek ratusan juta untuk menerbitkan bukunya sendiri, pastinya takkan masalah membagi2kan buku ke semua orang. 

Tapi kami penulis yang murni menulis demi profesi dan idealisme, tentu tidak seperti itu. Mohon dibedain :)

foto:agpublishing.com

1 comment:

Haneulpower said...

sangat menginspirasi mbak :)
semoga bisa membantu saya untuk bisa mewujudkan cita-cita saya jadi (pe) nulis :)